-->
Motivasi Menulis

Cinta Tanpa Judul, Part 3

Hola, ini adalah lanjutan dari cerbung gua tentang kehidupan cinta seorang pria begok, yaitu gua sendiri. buat kalian yang belum baca cerita sebelumnya, bisa kalian liat disini. oke langsung aja masuk ke ceritanya, selamat menikmati.

Berakhirnya jilid 1 dongeng cinta monyet gua dengan tari juga berbarengan dengan berakhirnya masa culun gua di kelas 1 SMP. Emang gak terlalu banyak cerita yang gua alamin selama menjalanin hubungan tanpa judul dengan Tari, kita menjalani karna kita suka, tanpa perlu ada yang memulai dan tanpa ada yang mengatakan perpisahan.

Beranjak kelas 2, masa dimana gua mengalami 2 kali menulis kisah cinta tragis yang sebenarnya gua masih bingung itu semua sudah berada pada endingnya atau mungkin akan berlanjut pada season berikutnya ? kalo pun emang akan berlanjut gua uda bisa menebak endingnya, tidak lain pastinya akan berlumuran air mata di pihak gua *uda takdirnya kali ya ?*

Bab pertama dari kisah ini adalah ketika gua ikut dalam kursus bahasa inggris. Terus terang ilmu kanuragan gua tak cukup kuat untuk menguasai bahasa inggris, kata-kata yang gua tau Cuma “I love you”, da nada tambahan 3 kalimat lagi yaitu “oh yes”, “oh no”, “oh my god”, itu lah kata yang gua pelajari dari sebuah film yang tentunya gak perlu gua kasih tau genre film tersebut.

Tempat kursus ini lah yang nantinya akan jadi TKP untuk kasus terbunuhnya harapan seorang bocah berwajah semi permanen dengan tersangkanya seorang putri dongeng yang membuat gua masuk dalam dongeng percintaan bertemakan sad ending.

Oh ya, selain gua kembali satu sekolah dan satu kelas dengan teman gua Riko, di sini juga gua kembali satu sekolah dengan teman gua di TK, namanya Deni. Deni ini yang menjadi pangkal persoalan dari menurunnya kemampuan gua dalam menyerap pelajaran. Bukan karna dia memberikan pengaruh buruk dengan mengajak melakukan kegiatan negative, melainkan karna gua jadi serba tergantung, tiap kali ada tugas dan ulangan, gua selalu nyontek ke dia, itu lah yang bikin gua akhirnya jadi males belajar dan efeknya sekarang gua jadi goblok kayak gini.

Dan kali ini di kursus ini pun  gua kembali dipertemukan dengan bocah bangke ini. Ada 2 hipotesis yang bisa gua ambil dari keadaan ini, yang pertama adalah kursus ini pastinya gak bakalan ngebosenin, itu karna gua dan Deni emang sangat akrab dan memiliki tema humor yang sama. Hipotesis yang kedua adalah ini pastinya akan jadi alamat bahwa kursus ini gak bakalan berpengaruh apa-apa untuk peningkatan kualitas pribadi gua. Tapi sudah lah, nikmati saja semua ini.

Mari lupakan Deni, kita kembali focus pada kisah cinta gua yang gak penting ini. Hari pertama, 10 menit pertama, gak ada yang menarik dari tempat ini, pengajar yang mulai dari menit pertama dia ada diruangan ini dengan bacot englishnya yang tak sepatah kata pun gua ngerti kecuali saat dia bilang “my name Helmi”, uda itu aja yang gua ngerti.

Bisa di ibaratkan tempat ini adalah “Dead Vlei”, *gurun pasir mematikan yang ada di Namibia*. Tempat ini memang mematikan,terutama mematikan waktu tidur siang gua yang sangat berharga.  Gua merasa seperti penduduk bumi yang sedang jalan-jalan ke planet Mars, gak ada kata dari penduduk ini yang gua ngerti selain obrolan yang gua lakuin dengan sesama rekan turis, Deni.

Hingga akhirnya menginjak menit 15, ada sesuatu yang menginterupsi dari balik pintu.

“maaf pak saya telat”, itu tadi suara yang menginterupsi semua kebosanan ini, tanpa gua melirik ke pemilik suara itu. Yang gua tau itu adalah suara cewek.
Awalnya gua gak tertarik pada pemecah ombak ini. Hingga pada saat dia berdiri di samping gua dan,,,
“kursinya kosong ?”, pemilik suara itu bertanya pada gua untuk kursi tak berpenghuni di samping gu ini.

Saat itu lah gua melirik kearah pemilik suara, dan seketika itu pula mata gua menjerit dan mulut gua melotot pada sosok indah nan aduhai yang berdiri tak sampai 1 meter dari gua. Awalnya gua merasa ini hanyalah sebuah fatamorgana yang diakibatkan oleh tingkat kegersangan tempat ini yang uda mencapai titik didih.

“oh iya, disini kosong ko’”, Cuma itu kalimat pertama yang gua ucapkan pada sosok ini.

Bidadari itu pun langsung mengambil posisi duduk manis di samping pria asem yang membuat ini serasa nano-nano. Seketika itu pula gua mengubah teori gua mengenai tempat ini yang awalnya gua gambarkan sebagai tempat mematikan. Gua beragumen tempat ini adalah “Butchart Gardens”, salah satu taman terindah di dunia yang ada di Kanada, dan dia adalah “Bleeding Heart”, salah satu bunga terindah yang tumbuh di dunia ini, begitupun dia yang merupakan salah satu wanita terindah yang dilahirkan kedunia ini.

Saat itu, gua merasa ada yang lebih penting dari belajar bahasa inggris. Karna saat ini gua melihat ada bahasa cinta di setiap dia menghembuskan nafas. Alasan linguistic ini yang memacu hormon serotonim, *hormon yang mengontrol mood atau suasana hati* meningkat. Gua uda nemuin alasan kenapa gua harus merelakan jam tidur siang gua  dengan datang ke tempat kursus.

“hai, gua Airin”, suara itu datang lagi memecah khayalan gua.

Oh ternyata itu dari “Bleeding Heart”, ya Tuhan, apa gua gak salah, dia mencoba mengenalkan dirinya, tapi ya ampun, kemana gentleman gua ? masak cewek yang mulai duluan ?. ah sudahlah, tak penting mendebatkan siapa yang mengenalkan dirinya terlebih dahulu.

“gua Galih”, gua mencoba merespon dengan menyambut uluran tangannya.

Awal perkenalan yang cukup baik tak sebanding dengan akhir kisah ini nantinya. Ya karna seperti biasanya, kisah cinta gua emang gak pernah manis. Mungkin Tuhan gak mau gua kena diabetes.

Gua menikmati hari-hari kursus disini. Hingga suatu sore di September, seperti biasanya sambil nunggu jemputan gua duduk manis di pinggir jalan *ngarep ada yg kasihan and akhirnya mungut gua*, selama kursus gua emang lebih sering di anter. Ntah hari itu dewa Moros *dewa pembawa malapetaka*  lagi tidur siang atau gimana, hari itu gua liat Airin sedang duduk dengan anggunnya dengan rambut panjangnya yang tergerai lurus dengan semua yang indah tentangnya.

Gua tau dia pasti juga lagi nunggu jemputan, tak seperti biasanya dimana dia langsung dapat jemputan saat kelas berakhir. Jelas lah disini insting liar gua sebagai pria muncul, gua ambil inisiatif untuk mendekatinya.

“lagi nunggu jemputan ya Rin ?”,

pertanyaan yang gua pikir konyol, karna gua sendiri uda tau jawabannya. Tapi gak apa lah, yang penting uda bisa buka obrolan.

“iya ni, kamu juga ya ?”, jawaban manis yang keluar dari bibir mungilnya.
Setidaknya itu sebuah respon yang baik darinya. Walaupun selama ini gua uda sering ngobrol dengannya, tapi untuk kali ini ada tambahan getaran dalam diri gua, gua gak tau apa itu, tapi gua menikmatinya.

Uda sekitar 30 menit gua ngobrol sama Airin, namun kunjungan yang dinanti tak kunjung datang. Ada 2 hipotesis lagi yang bisa gua liat disini. Yang pertama adanya kemungkinan bahwa kita emang gak dapet jemputan dan itu tentunya gak bagus buat Airin. Yang kedua adalah waktu gua ngobrol dengan Airin otomatis bertambah dan itu baik buat gua, haha *ketawa jahat*.

“kita jalan aja yuk ?”

Tiba-tiba Airin membuyarkan lamunan gua tentang hipotesis yang baru aja gua tarik. Dan, jalan ? beneran ni Airin ngajak jalan bareng ?. perlu kalian ketahui rumah gua dan Airin kebetulan searah, dan tentunya mendengar ajakan Airin untuk pulang bareng adalah ajakan yang walaupun gua gak punya otak gua akan tetap mengatakan,

“IYA”

Ya, ini adalah perjalanan pertama gua bersama Airin. gua seakan gak pernah kehabisan kata-kata selama perjalanan panjang ini. Dedaunan rontok yang jatuh karena belaian angin gua anggap seperti bunga sakura yang gugur dengan indahnya. Hari ini gua benar-benar menjadi pria paling beruntung. Tak ada kebisuan dalam perjalanan ini, yang ada hanya pria lugu yang menatap setitik tawa dari wanita luar biasa. Gua merasa mungkin ini adalah langkah awal sebelum nanti kita memulai langkah yang lebih serius dalam perjalanan hidup gua.  

“gua duluan ya”, kalimat itu keluar dari Airin
Hmm, tenyata kami uda sampai di rumah Airin. ahh, pendek banget si jarak tempat kursus ke rumahnya, walaupun sebenarnya jaraknya sekitar 3 kilo, gua rasa itu terlalu pendek. Ya Airin uda sampai ke rumahnya, itu artinya gua harus ngelanjutin perjalanan gua yang belum usai, masih ada 1 kilo lagi yang harus gua tempuh, SENDIRIAN !

Setelah perjalanan hari itu, besoknya gua sengaja gak minta jemput, ya kalian tau sendiri alasannya. Emang sedikit menimbulkan kecurigaan dari ortu gua kenapa gua tiba-tiba gak mau di jemput.

Jam pulang akhirnya datang juga. Gua tak pernah sesumringah ini saat jam pulang datang. Namun kejadian kemarin uda bener-bener bikin gua melambung bersama harapan. Dan seperti biasanya gua berdiri di pinggir jalan, dan untuk kali ini gua hanya lagi pura-pura nunggu jemputan. Gua liat ke belakang ternyata Airin juga lagi nunggu jemputan, hmm kayaknya bakalan dejavu ni.

“masih nunggu jemputan ya Rin ?” gua coba menyapanya
“iya ni,” Airin menjawab masih dengan wajah cantiknya
“gimana kalo nunggunya sambil jalan aja, siapa tau ntar papas an di tengah jalan”, gua coba memulai scenario keji ini.
“ya uda ayo, lagian gua juga bosen nunggu disini”, Airin benar-benar mengikuti scenario ini dengan baik.
Ok, langkah pertama uda berjalan sesuai harapan. Selanjutnya tinggal nikmatin aja perjalanan ini.  Namun, belum genap kaki ini melalui langkah ke 10, sebuah suara memanggil Airin.
“Rin, mau pulang ya ?”, terdengar suara itu berucap, yang ternyata adalah seorang cowok
“iya ni, ni lagi mau jalan bareng temen gua”, Airin menjawab seruan itu
“gimana kalo bareng gua aja, ni gua bawa motor”, balas cowok tersebut.
WHAT !!!, ni cowok mau ngajakin Airin pulang bareng ? hmm, ancaman nyata ni buat gua. Ayo Airin tolak aja ajakan dia *gua teriak dalam hati*. Namun sayangnya,

“ayo”, sahut Airin menanggapi ajakan itu

PRRRRAAAANNNGGG !!!!, hati gua hancur mendengar jawaban dari Airin itu. Skenario gua dengan diawali pengajuan permohonan agar gak usah di jemput ortu, ternyata berujung pada sad ending.

“gua pulang sama dia ya, lo gak apa-apa kan gua tinggal duluan ?”. pesan perpisahan dari Airin.
“gak apa-apa ko’, ntar juga paling ada ortu gua yang jemput”, gua berusaha terlihat tegar.

Perjalanan indah yang seakan mengitari taman bunga, kemarin, hari ini berubah seperti perjalanan mengarungi padang pasir gersang. Ya, satu hipotesis lagi yang bisa gua ambil. Ternyata ajakan dari hati yang tulus masih kalah dengan ajakan koboi dengan tunggangan kuda besi. Oke fix, AKU RA POPO.

Cinta Tanpa Judul, Part 2

               Hola, ini adalah postingan lanjutan dari rangkaian ceribung gua yang berjudul "CINTA TANPA JUDUL". Buat kalian yang belum baca yang pertama, kalian bisa baca dengan klik disini. oke, selamat menimati karya gua, semoga kalian terhibur. Cekidot :


****
               Beranjak ke masa SMP, masa dimana gua rasa gak terlalu banyak kejadian luar biasa dalam perburuan cinta monyet gua. Lulus dengan cukup meyakinkan di Sekolah Dasar, gua memilih SMP yang koordinatnya gak jauh dari rumah gua. Ya jaman itu susah mau nyari sekolah yang terlalu jauh, soalnya tenaga kaki yang mengayuh sepeda masih lebih dominan daripada deretan kuda besi di jajaran parkir.

                Walaupun emang masa SMP ini gak terlalu banyak kisah cinta monyet, namun bukan berarti gua gak mengalami yang namanya tragis bin ngenes yang harusnya bisa bikin kalian nangis kalo mengetaui itu. Mungkin emang uda nasib gua hidup sebagai pria separo tampan yang tak punya magnet cinta yang bisa bikin para wanita untuk setidaknya menoleh sejenak ke arahku.

                Oke, kisah pertama gua adalah melanjutkan romantika dengan Tari, gadis tengik binti kampret yang gua kenal saat masa memprihatinkan gua di SD. Pertengkaran demi pertengkarang yang berujung dimana gua selalu nangis setelahnya justru bermuara pada rasa suka yang setengah mendalam kepadanya. Mungkin ini adalah siklus alam tentang cinta yang memang sering terjadi yaitu :


                   Musuhan ---> mulai muncul ketertarikan ---> Tumbuh Benih Cinta
                         |                                                                           |
                         |                                                                           |
                         |                                                                           |
                      Putus --->                Berantem           --->           Jadian



                Gambar diatas menunjukkan suatu pola cinta yang emang sering terjadi and juga pernah gua alamin, yaitu semua berawal dari saling ejek-ejekan, namun selalu ada yang kurang kalo sehari aja gak berantem dan kadang sengaja bikin masalah biar bisa berantem ama dia, fase itu lah dimana benih cinta mulai ditebar, di kasih pupuk PDKT dan akhirnya tumbuh dan mekar dengan kalimat “I LOVE YOU”. Sayangnya yang namanya sesuatu yang tumbuh pasti bakalan mati, dan dalam siklus ini pun juga dijelaskan setelah mengalami masa-masa indah pacaran, akan mulai sering berantem dan akhirnya mati karena badai pertengkaran yang ditandai dengan “KAMU UDA BEDA, KITA UDA GAK COCOK LAGI, MULAI SEKARANG KITA PUTUS (TITIK)”.

                Seperti itu lah siklus yang gua alami dengan Tari, bedanya seingat gua, antara gua dan dia sama-sama gak pernah bilang “I love you”. Ntah apa yang membuat kita merasa sedang pacaran walau tak pernah terucap kata cinta.

                Kita menjalani masa ini saat kita masih di kelas 1 SMP, walaupun kita berbeda kelas tapi gua sering mencuri-curi kesempatan untuk sekedar ngeliat dia yang sedang menatap penuh konsentrasi ke arah guru yang menjelaskan pelajaran. Hal yang paling sering gua lakuin untuk mencuri pandang adalah dengan permisi ke toilet, walaupun sebenarnya gua harus berlawanan arah dan mengambil jalan memutar biar bisa sampai ke toilet. Tapi tak apa lah yang penting gua bisa liat tari untuk 1,33 detik saja.

                Ntah takdir ntah jodoh, gua lagi-lagi sekelas sama Riko di sini (gua harap kita bukan jodoh). Namun setelah masa Era Sananta berakhir, kita gak pernah lagi berada dalam jalur perburuan cinta yang sama. Bahkan Riko akan banyak membantu Gua menemukan cinta pertama gua yang akan terjadi 3 tahun mendatang walaupun seperti biasa, kisah itu akan berakhir dengan air mata untuk gua, hanya gua dan memang hanya gua yang jadi pihak tersakiti dalam cinta piluh ini.

                Namun sebelum kita masuk ke masa itu, gua masih akan kembali ke masa kelas 1 SMP dan perjalanan romantika ingusan dengan Tari. Masa yang paling gua ingat dengan tari adalah masa dimana kita sama-sama mengayuh sepeda saat berangkat dan pulang sekolah. Namun saat itu lah dimana gua seakan melupakan sahabat-sahabat gua, karna saat itu yang gua perhatikan hanya Tari dan mengabaikan mereka, itu lah dosa gua.

                Dari sebegitu banyak waktu yang gua dan Tari tempuh dengan mengayuh, ada satu hal yang paling gua inget, yaitu saat tiba-tiba jiwa superman gua muncul di hadapan Tari. Waktu itu di suatu pagi, gua Tari and beberapa teman gua lagi menikmati kayuhan demi kayuhan menyusuri kampong. Hingga pada saat kita mau masuk ke suatu gang. Gua langsung menghentikan rombongan ini,
               
“stop, biar gua yang didepan, di dalam sana banyak anjingnya, jadi kalo anjingnya muncul biar gua aja yang ngadepin”..

Saat itu gua merasa kalo gua uda menjadi seorang malaikat berwujud pria separo tampan. Namun sekarang gua pikir ternyat gua itu goblok, mau-maunya gua ngorbanin diri gua Cuma buat cewek yang gua anggap tengik binti kampret. Tapi ya itu lah cinta, kadang cinta bisa bikin kita lupa kalo kita Cuma punya 1 nyawa.

Ada kisah memalukan yang tersebunyi dibalik munculnya ke goblokan gua saat itu, yaitu gimana gua bisa tau kalo di sana banyak anjingnya. Ok, gua akan flashback sedikit, semua itu berawal saat gua and beberapa temen gua lagi kebut-kebutan pake sepeda. Saat itu kita para pembalap cilik berjiwa licik nyobain masuk ke gang yang sebelumnya kita gak tau berujung dimana. Sekitar 100 meter dari pintu masuk gang, saat itu lah dari berbagai arah secara mengejutkan gerombolan anjing sekitar 6 ah tidak gua rasa ada 10 anjing yang melakukan serangan fajar membentuk formasi ultra offensive dan sudah mengunci target dan sialnya itu adalah gua.

Kesialan seakan enggan menjauh dari gua. Saat yang lain uda pada tancep gas menghindari serangan itu, rantai sepeda gua mendadak keluar dari kodratnya (dibaca : putus rantai). Saat itu untuk pertama kalinya gua tau kalo hari esok uda gak ada lagi, kisah cintaku yang uda tragis haruskah kisah hidupku pun harus ditutup dengan lebih tragis. Gua uda ngembayangin headline Koran besok adalah “seorang bocah korban asmara ditemukan tak punya pacar dalam keadaan berlumuran kenangan”.

Di saat terjepit itu, insting pria gua muncul, kalian tau apa yang gua lakuin ? gua nangis men. Ya Cuma itu yang bisa gua lakuin. Dan sepertinya anjing-anjing ini merasa iba dengan mangsa yang ada di depannya, dan memilih untuk pergi menjauh dan tak kan kembali.

Kisah cinta yang tragis di tambah kehidupan keseharian yang tak kalah menggenaskan, bikin gua kepekiran sebenernya nyokap gua dulu ngidam apa si ? sampai-sampai anaknya ini punya pengalaman hidup yang tragis.

Walaupun antara gua dan Tari tak pernah terucap kata “I LOVE YOU”, tapi kita sepakat bahwa ini adalah pengalaman pertama kita pacaran. Begitupun saat kita putus, gak ada satupun dari kita yang mengatakan “kita putus aja ya”, semua itu terjadi gitu aja, dimana kita mulai gak pernah saling kontak, kita berusaha menghindar saat bertemu,padahal kita gak pernah berantem.

Kita menjalani semua ini hanya berdasarkan “mungkin dia suka gua” dan “mungkin kita uda gak bisa sama-sama lagi”. Masa indah itu berawal di kelas 1 dan berakhirpun di kelas 1. Tapi kita gak pernah punya tanggal kapan kita mulai saling mencintai, tak seperti anak-anak alay sekarang yang menghafal semua tanggal-tanggal yang sebenarnya gak penting dalam hubungan mereka, seperti tanggal pertama kali ketemu, tanggal pertama kali berantem, bahkan mungkin ada yang mengingat tanggal pertama kali mereka berkedip untuk ke 1000 kalinya secara bersama-sama.

Terus terang aja selama kita berhubungan, kita gak pernah yang namanya malam mingguan bareng, ngerayain valentine atau kegiatan-kegiatan yang umumnya dilakukan oleh orang pacaran. Tanpa semua itu pun gua tetap bisa menikmati semua kisah yang tak ada yang pertama kali membuka lembarannya dan yang terakhir menutup kisah ini. Sebuah cinta tanpa diawali judul dan tanpa diakhiri salam penutup.

Meskipun Tari adalah pacar pertama gua, dia bukan lah cinta pertama gua. Saat putus gua gak ada ngerasain rasa sakit hati ataupun galau. Mungkin ini karna kadar cinta monyet gua ke Tari uda kadaluarsa. 

Karna sesungguhnya cinta pertama gua adalah pacar kedua gua yang sekaligus cewe pertama yang bikin gua jatuh sejatuh-jatuhnya kedalam jurang patah hati. Sebuah kepiluhan yang dibuat oleh seorang gadis mungil yang memainkan sebuah instrument perih.

Kebohongan Ibu (Versi Humor)

                Hola, apa kabar kalian ? uda lumayan lama gua gak mosting lagi, ya ini karena mulai minggu ni gua uda mulai disibukkan dengan kegiatan kuliah, walaupun sebenarnya gak sibuk-sibuk banget si, toh minggu pertama baru berkutat soal kontrak kuliah. Eh, ko’ malah gua jadi curhat ya ?
nemu di overmacht.deviantart.com

                Hmm, daripada ngomongin tentang kesibukan gua, mending kita ngomongin tentang sesuatu yang cukup menarik buat gua dan mungkin gak menarik buat kalian. Kali ini gua akan ngembahas tentang kebohongan-kebohongan kecil ibu. Mungki kalian uda sering baca artikel yang mengupas hal ini, biasanya selesai membaca kalian akan terharu dan menyadari bahwa ibu benar-benar menyayangi kalian. Namun untuk yang satu ini gua akan coba mengambil sisi humor dari kebohongan yang dibuat oleh ibu, karna sesuai dengan motto blog ini yaitu berusahalah untuk membuat orang lain tertawa walau itu berarti harus mempermalukan diri sendiri.
                Oke, kita masuk ke bahasan pertama. Kebohongan ibu yang pertama adalah IBU KITA SERING LUPA KALO KITA ANAKNYA. Gua kasih contoh ni, pernah gak kalian dengar hal ini dari seorang ibu ke anaknya.
               
                                “anak siapa si ini lucu banget”
                                                atau
                                “anak siapa si pinter banget”

Tentunya dilengkapi dengan nyanyian “nang ning nang ning nung” di akhir kalimat.
               
                Gua heran sama seorang ibu yang ngomong kayak gitu ke anaknya, apa itu adalah efek samping setelah dia melahirkan, yaitu aka nada saat dimana dia lupa sekitarnya, bahkan dia mungkin lupa siapa suaminya dan akhirnya pulang ke suami tetangga, nah ini yang bahaya.
                Berikutnya kebohongan ibu ke kita adalah saat ibu menyanyikan kita lagu pengantar tidur. Mungkin sebagian dari kalian gak mengalami ini. Kalian tentu tau lagunya “Nina Bobok”. Gua masih inget waktu ibu gua nyanyiin lagu itu dengan suara falsnya, kenapa gua bilang fals, karna kalo suaranya merdu tentunya ibu gua uda ikut ajang pencarian bakat dan bikin solo album, yang penting jangan bikin girl band deh.

                                “Nina bobok oh nina bobok,
                                kalau tidak bobok digigit nyamuk.”

                Nah, dari lirik lagu tersebut sebenarnya ada kebohongan dan ada sebuah misteri yang masih belum terungkap. Yang pertama adalah pada kalmia “Nina bobok oh Nina bobok”, nama gua kan Yudha, terus Nina itu siapa ? apa ibu gua punya anak lain atau mungkin gua tertukar dengan anak ibu gua yang sebenarnya bernama nina yang tertukar di pengkolan ojek, atau mungki juga nama Nina diberikan ibu untuk gua sebagai bekal gua kalo uda gede dan kerja di malam hari ? ahh pilihan terakhir semoga aja gak. Masuk ke lirik ke dua, “kalo tidak bobok  digigit nyamuk”, ini bohong banget, buktinya walaupun gua uda tidur tapi pas uda bangun badan gua bentol-bentol semua.
                Kebohongan ibu berikutnya adalah saat kita makan. Ingat waktu ibu kita ngomong kayak gini

                “tut tut kereta api mau lewat, buka mulutnya, ammmm”

                Saat itu gua berpikir kalo kereta api adalah sesuatu yang enak untuk dimakan. Apa jadinya kalo sampai sekarang gua masih berpikiran seperti itu ? bisa jadi tiap kali ada kereta api lewat gua langsung menghadang di depan dengan mulut terbuka.
                Yang terakhir adalah ibu adalah seorang PHP. Gua ingat dulu waktu gua nangis-nangis, ibu gua nenangin gua dengan cara
               
                “sstt jangan nangis, nanti kita beli eskrim atau permen”

                namun hingga detik ini hal itu tak terwujud. Atau pada saat kalian sedang jalan-jalan dan kalian melihat mainan yang kalian suka dan meminta ibu membelikannya. Ibu kalian pasti sering bilang gini

                “nanti kita beli di tempat lain aja”.

                namun hingga sampai pulang kerumah hal itu tetap gak terjadi. Huft…


                Sebelum gua menutup tulisan gua ini, yang mau gua sampaikan adalah semua yang gua tulis di buat semata hanya untuk humor semata, walaupun mungkin terkesan garing. Sesungguhnya gua sangat menyayangi ibu gua, dan gua tau ibu melakukan itu karna beliau sayang gua. I LOVE MY MOM, jangan lupa es krimnya. Hehe.

Hai Violet !

      Oleh : Muhammad Taufiqih
nemu di belfend.web.id

 Seperti pantulan sinar matahari di dinding dari kaca serutan pensil anak kelas 1 SD yang digerakkan tanpa pola,ah tidakk! Pengandaian itu terlalu sederhana untuk sosok yang mencuri perhatianku,dia yang lebih indah dari purple spotted swallowtail butterfly , salah satu kupu-kupu langka terindah yang pernah ditemukan, ,
kalaupun dia ku ibaratkan kupu-kupu, maka  bunga tempat ia berdiri adalah rumput tak subur di halaman depan kelasku ,dan background nya? hanya tembok pucat yang aku pun tak tahu aslinya berwarna apa,hijau yang menguning atau kuning yang menghijau,dia objek yang terlalu cantik dengan latar belakang seperti itu.
         hari itu aku sedikit tertegun melihatnya yang berjalan sangat anggun seperti super model Hollywood yang berjalan di red carpet (Baca: lantai semen retak) . Hanna namanya, anak kelas X yang sudah lama kukenal,tapi...tapi....hari ini dia sangat berbeda, entah apa yang tak sama dari penampilan biasanya,sejak tahun ajaran baru dimulai dua bulan yang lalu,aku yakin dia sering mengenakan seragam itu,pita rambut biru itu,gaya rambut itu,tersenyum seperti itu entah apa yang berbeda,padahal dia menyapaku seperti hari-hari biasanya tapi sapaan hari ini membuatku gugup,segugup anak kecil pemalu yang disuruh memperkenalkan diri di depan kelas pertamanya saat masuk sekolah,tapi aku juga sangat senang, mungkin lebih senang dari archimedes yang menemukan teori massa jenis emas dalam kasus mahkota raja,tapi tak mungkin aku berteriak “eureka..eureka” dan berlari telanjang seperti dia, itu hal yang cukup konyol jika kulakukan di sekolah.
            Sepertinya Hanna mau ke kantin ,rute terpendek adalah melewati lorong dekat kelas ku,teman-teman menyebutnya jalur naga,bahkan dinding polos itu tak terlepas dari si vandalis , entah siapa yang menulis “Jalur naga 2011” dengan spidol permanen yang ku yakin juga invertaris sekolah ,mereka menyebutnya jalur naga karena tiap waktu istirahat anak kelas XII yang eksistensinya minta diakui berkumpul di situ,termasuk aku ,kami semua tak ubah seperti penjaga wilayah perbatasan, anak kelas X biasanya lebih memilih rute yang lebih jauh untuk menghindari segerombolan preman berambut cepak ber kemeja putih ini, alasan mereka sederhana,malas menjadi bahan pembicaraan anak kelas XII yang biasanya sok akrab atau mencari kesempatan sekedar kenalan, tapi sepertinya Hanna tetap memilih jalur naga itu,mungkin dia ingin menyapaku pikirku yang sangat tidak tahu diri ini. Sedikit mengecewakan memang waktu tahu dia sudah punya pacar,seorang laki-laki beruntung yang juga kelas X,tapi aku juga tak mungkin bergerak lebih jauh dengan hanna ,aku juga sudah punya pacar yang kalau aku tak salah hitung sudah jalan hampir dua tahun, hmm durasi yang tak sebentar,itu lah hidup,kita tak bisa memilih apa yang akan datang lebih dulu,jika ku tahu hanna akan datang mungkin waktu itu aku akan menunggu gadis manis dengan perwakan tinggi sekitar 160cm,kulit sawo belum matang dan rambut sebahu dengan poni ke kanan,yah deskripsi singkat gadis manis yang membuatku merasa lajang saat ini,cinta itu aneh, bukan berarti aku tak seruis dengan Arin ,adik kelas yang sudah menemaniku selama hampir dua tahun ini,bukan berarti aku tak tulus dan serius, hanya saja saat aku melihat dan bersama Hanna aku menjadi orang lain yang juga serius dengannya,tolong jangan ditanya mengapa.
             “Nggak ke kantin .?”  suara wanita yang sangat familiar membangunkan ku dari lamunan, seperti biasa Arin mengajak ku ke kantin tiap kali waktu istirahat, “oh..emm..lagi nunggu kamu kok ay” , tak ingin aku berbohong pada Arin ,dia sangat baik,kami tak pernah ada masalah,bahkan hubungan kami sudah sangat disetujui oleh orang tua kami,aku sering kerumahnya untuk ngobrol bersama ayahnya begitupun dia,entah dimana salahnya,mungkin aku terlalu cepat memulainya dan sekarang aku terjebak di keputusan yang ku buat, tak mungkin aku mencampakkan gadis baik ini tanpa sebab,di tahun pertama aku bersamanya semua seperti cinta monyet yang orang bicarakan, indah tak tergambarkan,tapi seperti segelas air yang di beri gula sesendok demi sesendok,awalnya manis,sangat manis dan kemudian menjadi larutan jenuh,gula itu tak lagi larut ,dia sudah mencapai konsentrasi maksimalnya untuk larut ,aku tak bisa lebih jauh mencintai Arin,tapi lebih tak mungkin aku mengakhiri ini semua dengan satu kata, “bosan”. Terlalu tak berperi-kecinta monyetan jika aku meninggalkannya begitu saja,aku tak ingin mengatakan semua sudah berubah,benar ternyata hati itu dinamis,tapi entah sampai kapan aku terus bisa berpura-pura manis?
            Banyak orang bilang orang sakit bisa memindahkan gunung saat ia jatuh cinta, dan aku melakukan hal yang 2x lebih gila , aku mengangkat payung....
yang membuatnya terlihat gila adalah situasi saat itu,hujan tertumpah cukup deras di daerah sekolahku,selesai shalat dzuhur di teras masjid, aku bertolak pinggang sambil melihat sekeliling tempat parkir kendaraan siswa awalnya aku tak merasa ada yang istimewa di sana ,sampai pandangan ku yang awalnya terhalangi tiang masjid mulai tersibak, ku gambarkan seperti matahari yang terbit perlahan, garis tepi tiang masjid sebelah kanan ku ibaratkan horizon di  timur, Hanna adalah matahari nya dan aku?? Hanya rumput kecil yang menunggu sinar itu datang . Tak ku sangka dia sedang berdiri disana dekat parking area siswa ,dekat ruang serba guna tepatnya, dia berdiri termenung berharap hujan reda,”sepertinya dia mau ke kantin..” gumamku sambil melihat ke arah kantin yang tak seberapa jauh di sebelah kiri ku ,disini hal gilanya di mulai,kulihat payung tak bertuan yang tersiram hujan dari cucuran atap masjid,sebenarnya aku tahu empunya payung sedang di dalam masjid,segera ku melompat keluar dan sigap mengambil payung seperti tukang copet mengambil dompet di dalam bis kota,aku berjalan menghampiri Hanna dan segera kuantar kekantin dengan payung putih biru punya guru ku ,entah apa yang ku pikir saat itu,tak mungkin tak ada yang melihat,tak ku pikirkan resiko berminggu-minggu kedepan, mungkin aku jadi bahan olokan teman-teman , kau tau seperti apa anak SMA...atau Arin marah ?? ah sudahlah tak pernah ku berpikir sejauh itu,Hanna takkan berdiri disitu dua kali,payung itu pun entah kapan kan di posisi seperti tadi lagi, yang jelas sekarang aku dan Hanna di bawah curahan hujan dan payung yang sama,indah bukan main,saat itu ku berharap jarak kantin jadi 5x lebih jauh agar aku bisa lebih lama berjalan berdampingan dengannya . tak sepatah kata pun kudengar keluar dari bibir Hanna,aku juga tak bisa berkata apa-apa,semuanya terasa begitu singkat dia hanya mengucapkan terimakasih dan aku segera berlari ke masjid.
kulihat guru ku menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anak didiknya ini, aku berniat meminjam dan mengembalikan tanpa sepengetahuan beliau,kupikir tak ada bedanya jika payungnya ku pakai sebentar dan ku kondisikan seperti semula, beliau tersenyum dan aku tak punya rencana kedua untuk situasi ini ( pelajaran hari ini : siapkan rencana miinimal tiga saat ingin berhadapan dengan guru ) .
sepertinya beliau juga pernah muda jadi alasan buatan yang ku buat takkan membuatnya percaya , aku balas senyuman beliau “ emm...ma af pak ta..di pa..yungnya dipinjam sebenta..r ” kata ku gugup,segera ku pergi setelah melaksanakan kewajiban meminta maaf.
Hal-hal buruk yang ku takutkan datang seperti lokomotif kereta api yang saling bersambungan, aku jadi bahan ejekan teman, Arin marah dan merasa di pacar tirikan ,mungkin dia merasa tak pernah mendapat perlakuan seperti itu dariku,sejak saat itu tiap aku dan Arin bertengkar pasti Hanna dimasukkan sebagai bahan omelan, tak apalah bayaran yang sepadan dari sekian detik berjalan berdampingan di bawah rintis hujan yang membuatnya romantis.
***
Memasuki tahun ke dua setelah kelulusanku dari SMA ku langkahkan kaki atau lebih tepatnya kuputarkan roda sepeda motorku melewati gerbang sekolah,sekedar menyapa bakso andalan,setelah bertemu Hanna yang menjadi prioritas utama tentunya , Arin sudah kembali ke Jakarta karena semester 2 perkuliahannya sudah dimulai, aku leluasa menjelajah tanpanya, seperti jadwal wajib anak SMA ,istirahat pertama, kantin adalan destinasi favorit semua siswa normal.
Entah apa yang dipikirkan anak kelas X dan XI saat melihat laki-laki yang sepertinya kurang kerjaan karena selama tiga hari berturut-turut duduk di kursi yang sama ,jika bisa kubaca pikiran mereka pasti yang belum pernah melihatku akan bergumam “Dia sepertinya alumni SMA ini,tapi mukanya belum terlalu tua untuk merasakan kangen dan bernostalgia di sekolah ini,sepertinya dia baru lulus satu atau dua tahun,dia tak mungkin ingin ke sekolah untuk bernostalgia,pasti ada maksud lain”.
Di hari terakhirku kesekolah,aku bertekad dan berniat kuat lebih dari bulat,aku harus menyapa Hanna,setelah menunggu sampai bel 5 kali yang berarti kegembiraan bagi siswa yang setipe denganku (baca : malas) ,5 kali berarti pulang,ku lihat beberapa orang sudah lewat,mudah mengenali Hanna karena tasnya unik,dan hanya satu-satunya di SMA itu,ku panggil dengan volume maksimal dan semua stok suara yang kupunya,tapi yang keluar malah suara tak jelas dengan nada rendah ,entah apa yang membuat suaraku begitu kecil ,mungkin aku gugup ,yang terdengar malah “AAAAUAAAAHHH...” ,percayalah padaku teman, itu jauh lebih sulit dari yang aku pikirkan saat aku mempersiapkannya dirumah. Entah apa yang membuatku lebih bertindak nekat dari biasanya padahal sudah hampir 4 tahun aku pacaran dengan Arin.
Malam itu 3 minggu sebelum keberangkatanku ke Jogja, saat aku sedang memarkirkan sepeda motor paruh baya ku di tepi pantai,tak sengaja aku melihat Hanna dengan teman-teman sekelasnya sedang naik yang entah apa namanya, seperti kereta ,tapi ini harus dikayuh berempat,belakangan ku ketahui,kendaraan itu di sewakan di pantai wisata di Kota ku,seperti dapat hembusan angin segar,aku berniat memanggilnya,tapi lidahku seperti membeku,kakiku pun kaku untuk berlari mengejarnya,tapi melihat situasi yang berbahaya seperti itu aku tak mau terlalu mengambil resiko,aku pun menunggu kesempatan kedua semoga masih ada.
Malam minggu berikutnya aku masih berharap bisa melihatnya di jam dan tempat yang sama,firasatku benar,dia lagi-lagi menaiki kendaraan yang sampai sekarang tak ku tahu namanya,mereka menyebutnya odong-odong ,walaupun berbeda sekali dengan odong-odong yang kukenal,setahuku odong-odong seperti becak yang punya 4-6 kuda atau motor mini di bagian dalamnya, mirip komedi putar yang berkeliling kampung untuk menghibur anak-anak yang naik turun saat pawang odong-odong mengayuhnya. Tapi,aku sepertinya sedikit terlambat,aku melihatnya ketika aku sudah duduk dengan teman-temanku dan cappuccino dinginku  juga duduk manis diatas meja,dia pun berlalu malam itu, masih ada 1 malam minggu pikirku.  
Now or never , merdeka atau mati  itu lah prinsipku sekarang, aku berniat mengajak Hanna jalan-jalan malam minggu berikutnya ku pikir semuanya akan jadi moment sangat sempurna jika aku berbicara dengannya berdua di cafe tepi pantai sambil mendengarkan live music ,aku pun mengenakan kostum terbaikku yang Arin pun belum pernah melihatnya ,semenjak malam minggu ke dua aku sudah mulai dekat dengan Hanna ,setiap hari kami sms-an dan aku seperti anak remaja yang baru belajar menyukai wanita ,senyum lebar tiap kali handphone ku bergetar tak mampu ku tahan, tak berlebihan aku seperti melayang,senang bukan kepalang,99% rencanaku sempuran tinggal kata-kata “iya” dari Hanna yang menjadikannya sempurna 100% ,ternyata perhitunganku salah Hanna ada Try Out ujian nasional senin ini dan dia harus belajar,terlalu egois jika aku memaksanya,padahal aku sudah di pantai tempat ia lewat 2 malam minggu berturut-turut ,akhirnya aku melewatkan malam itu bersama pelukan angin tepi pantai,semakin erat ia memeluk semakin dingin,aku tak patah semangat masih ada kesempatan libur semester depan pikirku.
Sabtu depan aku harus kembali ke kota pelajar,semua kembali monotone kuliah-tidur ,kuliah-tidur,sesekali kutanyakan kabar Hanna ia masih ramah seperti biasanya,sekarang dia akan mengikuti ujian jadi aku tak mengganggunya ,hubungan aku dan Arin menjadi semakin dingin, tapi aku bukan tipe orang yang mau melepaskan dengan alasan bosan ,terlalu egois sepertinya,teori pujangga yang mengatakan saat kau ingin melepas seseorang coba ingat saat kau mencoba menggapainya tak berlaku untukku ,aku juga tak mengerti mengapa Arin begitu erat menggandeng tanganku,tapi aku juga takut saat aku melepaskannya aku tak bisa lagi menggapainya,aku takut menyesal nantinya,dan ada orang lain yang memegang tangannya lebih erat.akan seperti apa ini semua akhirnya ...Entahlah... yang ku tahu ada sisi lain dari diriku yang menyukai Hanna,tapi aku tak mau terlalu egois jika harus memutuskan Arin dengan alasan tak berperasaan itu, dan seandainya jika saat itu Hanna menanyakan apakah aku mau menjadi pacarnya dan melepaskan Arin,sepertinya aku akan menolaknya ,banyak yang bilang masa yang sangat indah ada disaat pendekatan dan saat dia tak tahu kita punya perasaan lain, jadi aku membiarkan diriku larut dalam masa-masa ini  dan aku sedikit takut semua tak seindah yang aku pikirkan jika harus melepas Arin dan bersama Hanna,sisi dewasa ku di tuntut untuk hadir di situasi seperti ini.  
Ku putuskan memasukkan diriku di zona pertemanan yang sebenarnya sangat mengerikan ini, aku siap menemaninya mencari solusi saat dia ada masalah atau perlu teman berbagi cerita sekali pun itu berarti dia menceritakan laki-laki idamannya, kesempatan terbuka lebar untuk Hanna yang sebentar lagi akan kuliah,dia akan bertemu mahasiswa dari berbagai penjuru,harapanku semoga gadis yang menyukai warna ungu ini bertemu dengan orang baik ,dan akan lebih baik jika orang itu tak menjadi penghalang kedekatan ku dengan Hanna ,jika dia ingin menjadi dinding aku akan meruntuhkan dinding itu. Tapi jika si Violet yang memutuskan dia sudah cukup dewasa dan tak perlu teman curhat seperti aku,tak masalah,aku takkan menggangunya ,mungkin hanya tersenyum jika suatu hari nanti kami bertemu dan menyapanya “Hai Violet...”
                       

                                                TAMAT

Cinta Tanpa Judul, Part 1


Segelas kopi pahit yang memeluk dinginnya malam ini, dan irama lagu barat yang sebenarnya gua gak tau arti dan maksud dari lagu itu. Tapi menurut gua si itu lagu yang cukup bagus. Setidaknya cukup untuk menemani gua menulis semua kisah cinta gua mulai dari gua masih sering nangis di Sekolah Dasar hingga saat dimana gua memutuskan untuk mengakhiri kisah ini.

                Kalo ngomongin masalah cinta, gua emang uda cukup pengalaman dibidang ini. Bukan maksudnya mau sombong, tapi ya emang gua uda cukup makan gula kopi, dalam artian manis pahitnya cinta uda gua rasain bahkan sejak usia dini, dengan rasa pahit lebih dominan tentunya. Ya, bisa dibilang gua uda ngalamin 1001 jenis sakit hati.

                Oh ya, nama gua Galih Pranata Yudha, mungkin nama itu lah yang menyebabkan gua cukup sering dilanda pertempuran cinta. Nata berarti pemimpin, sedangkan Yudha adalah perang, jadi gua emang ditakdirkan untuk berperang dalam percintaan, dan gua harap gua akan jadi pemenang di akhir kisah ini, walaupun selama ini bau kekalahan benar-benar melekat dalam diri gua.

                Oke, sesuai dengan perkataan gua di awal kalo gua akan mengisahkannya mulai dari gua masih cengen di Sekolah Dasar. Dan kisah cinta monyet bertepuk sebelah tangan (gila, masih cinta monyet aja uda bertepuk sebelah tangan) ini gua mulai dari kelas 5 SD. Dan wanita pertama yang sempat sekedar ngetem (uda kayak angkot nyari penumpang aja) adalah Era Sananta.

                Gadis yang pertama kali gua liat waktu dia lagi nungguin jemputan di sebelah pagar sekolah, kebetulan saat SD sebelum pulang ke rumah gua selalu ke rumah nenek yang letaknya persis di seberang sekolah. Seingat gua hari itu adalah hari rabu, ketika seorang gadis kecil dengan rambut kepang 2 dan jaket kuningnya berdiri dengan anggunnya seakan berada diatas panggung Miss Indonesia, padahal gua tau background dari tempatnya berdiri sekarang hanyalah sebuah gang kecil yang di kanan kirinya ada selokan dengan bau khasnya.

                Gua pikir ini adalah gadis tercantik yang pernah gua lihat selain San Chai (Barbie Hsu) salah satu pemeran dalam serial drama Korea Meteor Garden yang memang lagi tren banget saat itu. Dan sebelum gua tau namanya, gua lebi suka manggil cewek itu dengan sebutan gadis kepang jaket kuning. Mungki itu lah yang membuat gua sampai saat ini sering ngasih panggilan sendiri untuk cewek-cewek yang belum gua ketahui namanya.

                Sebenarnya saat gua menyukainya secara cinta monyet, salah satu temen dekat gua yaitu Riko juga menyukai dia. Ya, hidup gua emang penuh persaingan. Namun karna saat itu gua masih berusia dini, jadi gua lum menganggap itu sebagai suatu persaingan yang harus dimenangkan. Gua menganggapnya dengan santai, dan kita saling membagi info yang kita ketahui tentang era, walaupun sebenarnya gua gak perna ngasi info apa-apa ke Riko, semua info tentang Era gua dapat dari Riko, termasuk hingga gua tau nama gadis kepang berjaket kuning. Gua juga tau ternyata Era adalah adek kelas gua.

                Tak heran jika Riko memenangkan peperangan ini, memang sih Era gak pernah bilang secara langsung dan antara gua dan Riko gak pernah ada yang menyatakan cinta. Tapi setidaknya surat yang Era kirimkan ke Riko menjawab siapa pria yang berhasil mencolek hatinya. Di jaman itu surat memang masih jadi andalan dalam berkomunikasi dan menyatakan perasaan, karna saat itu Handphone belum masuk ke daerah gua. Oh ya, gua ini berasal dari Belitung, sebuah pulau kecil yang saat ini di kenal dengan sebutan Negeri Laskar Pelangi.

                Sayangnya gua gak nyimpen surat itu, tapi gua masih inget inti dari wasiat sakit hati yang Era tulis dengan tangannya sendiri. Kata demi kata yang menuliskan bahwa dia lebih menyukai Riko dibandingkan dengan pria yang saat pertama kali melihatnya hanya menggunakan kaos singlet dan celana merah. Tanpa ada alasan pasti kenapa Era menggagalkan cinta monyet pertama gua, tapi di usia segitu siapa sih yang butuh sebuah alasan.

                Walaupun Era lebih memilih Riko, hubungan gua dengan Riko masih baik-baik saja seolah-olah gak pernah terjadi sesuatu. Namun sayangnya setelah Era menyampaikan surat itu, gua dan Riko bahkan tukang siomay langganannya gak pernah lagi melihat sosok Era yang berdiri manis dengan kepang 2nya dan jaket kuningnya. Hingga 3 hari kemudian gua tau kalo Era ternyata pindah sekolah. Gua gak tau alasannya kenapa pindah sekolah yang jelas dia gak mungkin pindah Cuma gara-gara dia takut gua bakal mengambil sehelai rambutnya lalu membawanya ke dukun untuk dipelet.

                Namun bukan berarti gua masih kecil berarti gua bakalan lupa gitu aja dengannya yang uda pindah sekolah. Kebetulan gua tau kemana dia pindah dan tentunya info itu berasal dari Riko. Posisi sekolahnya cukup jau dan itu akan melelahkan apabila gua mencoba menggapainya lewat kayuhan sepeda. Gua lebih memilih menyimpan kenangan itu sambil sesekali bisa bertemu dengannya. Bahkan hingga saat ini gua masih penasaran bagaimana kabarnya, mungkin sekalian kabar anaknya. Ya, karna disini fenomena nikah muda masih sering terjadi jadi gua pikir mungkin aja si gadis kecil dengan rambut kepang 2 dan berbalut jaket kuning sudah menemukan pasangan hidupnya, dan yang jelas itu bukan lah Riko.

                Oke, kita coba lupakan Era sejenak. Kita akan masuk ke cinta monyet bertepuk tangan yang kedua. Kalian gak perlu heran dengan kisah cintaku yang lebih banyak bertepuk sebelah tangan ini. Secara gak sengaja atau mungkin karena faktor kebiasaan, sepeti pepatah jawa “tresno jaranan seko  kulino”. Gua mendadak suka dengan salah satu temen kelas gua, yang pasti dia cewek, dia adalah seorang gadis putih, tinggi nyaris sama kayak gua, dengan mata sipit dan rambut panjang yang tergerai hingga melewati bahunya beberapa inchi.

                Untuk yang satu ini gua gak perlu ngasih nama panggilan yang aneh-aneh karna gua uda tau namanya sejak gua masuk sekolah ini. Gua uda sekelas ama dia uda dari kelas 1, mungkin karna itu lah benih-benih cinta yang akan tumbuh menjadi akar sakit hati jilid 2 ini muncul. Namanya Melissa Yulianti, atau akrab dipanggil Mei, seorang gadis keturunan Cina.

                Rasa suka itu gua ungkapin dalam secarik kertas, dan saat itu gua lum berani untuk menuliskan nama gua sebagai pemilik surat itu, gua menuliskan nama Taro Misaki, tokoh sepak bola terkenal dalam komik “Captain Tsubasa”. Seminggu setelah surat itu gua tulis, gua masih lum berani buat ngasih ke dia, gua takut perasaan gua ini gak cukup kuat untuk membongkar tembok cina.

                Namun yang namanya bangkai, sehebat apa pun gua nyimpennya pasti bakalan ketahuan juga. Surat yang gua tulis dengan ¼ hati itu sampai ke tangannya, dan bukan gua yang menyampaikan surat itu, melainkan seorang gadis tengik yang uda satu kelas sama gua dari kelas 3. Namanya Tari, gua dan dia emang uda musuhan banget, selain dalam perebutan peringkat juara di kelas dimana memang saat itu gua tergolong siswa yang pinter, namun ntah sekarang kemana larinya kepinteran gua itu.

                Ya, Tari saat itu sedang isengnya ngembongkar tas gua dan menemukan surat itu yang uda berdebu dan dipenuhi sarang laba-laba. Setelah dia membuka surat itu dia langsung berdiri di depan kelas dan membacakannya dengan lantangnya. Sontak gua langsung jadi bahan ejekan temen gua, dan seperti yang gua bilang di awal gua ini adalah anak yang cengeng, dan menangis lah gua di tengah kondisi itu. Gua juga ngeliat Mei menangis karna terus diejek dari teman-teman lain.

                Ini semua gara-gara gadis tengik itu, namun gak tau gimana caranya gadis tengik ini akan masuk dalam daftar orang yang secara gak sengaja tertulis dalam daftar wanita yang pernah menggoreskan tintanya dihatiku, ahh nanti saja kita bahas yang itu. Untungnya yang namanya anak kecil tu cepet mengingan dan cepet melupakan. Semua kejadian memalukan itu seakan lenyap dihapus hujan semalam keesokan harinya. Beruntungnya gua, jadi gua gak perlu terus-terusan merunduk saat datang kesekolah.

                Hari demi hari terlewati dengan manis di kelas 5 ini. Dan kisah cinta bertepuk sebelah tangan bin sesaat gua ini berlanjut di kelas 6. Saat itu gua secara kebetulan dipilih untuk mengikuti lomba saritilawah, ini bukti bahwa saat itu gua termasuk siswa yang punya prestasi, give applause for me, *prok prok prok*.

                Hari dimana lomba itu dilaksanakan tiba. Gua menjalani lomba yang ternyata hanya diikuti 3 orang itu dengan sangat baik. Karna pengumumannya juga hari itu jadi gua menunggu sejenak di sana di sebuah kursi panjang dengan ditemani angina sepoy-sepoy yang mengalun menyapu dedaunan yang rontok termakan usia. Saat itu gua duduk di depan sebuah ruangan yang saat itu sedang melaksanakan lomba computer, setidaknya itu yang tertulis di pintu ruangan tersebut.

                Sekitar 30 menit gua duduk membisu, peserta lomba computer itu keluar satu persatu dari ruangan itu, dan gua tau ternyata lomba itu hanya diikuti oleh anak SMP. Tak ada yang menarik awalnya hingga sosok wanita dengan ciri putih, tinggi, rambut tergerai sebahu dan dengan kacamata yang melengkapi kecantikannya, ingin rasanya saat itu gua teriak “KAWAIIIIII !!!!!!”.

                Sejak saat itu momen menunggu pengumuman yang masih sekitar 1 jam lagi itu menjadi gak ngembosenin. Semua itu berkat gadis kacamata (mulai lagi ni gua ngasi nama aneh ke cewek cantik yang gua temuin). Namun sebagai anak SD, gua merasa gak punya level yang sederajat jika harus mengajaknya kenalan. Gua menikmati detik demi detik memandanginya, hingga waktu pengumuman lomba diumumkan.

                Gak disangka-sangka ternyata gua jadi juara 2, tapi gua gak bangga karna pesertanya yang Cuma 3 orang ini. Hingga akhirnya pengumuman pemenang lomba computer dimulai, gua cukup menanti ini walau gua gak ikut lomba itu. Gua berharap gadis berkacamata itu bisa menang dan namanya dipanggil oleh panitia, dengan begitu gua bisa tau nama indah apa yang diberikan orang tuanya pada anak gadisnya yang uda membuat bocah ingusan ini merasa siap mati hari itu juga karna uda nemuin yang namanya bidadari dunia.

                Pemenang ke 2 dan ke 3 uda di umumin, dan dari 2 nama yang dipanggil, gadis itu tidak termasuk di situ karna dia gak maju ke podium. Namun saat pengumuman peringkat pertama, jelas di telinga gua panitia menyebutkan nama Della Santafania Monika. Hmm, gua sempat heran dengan nama yang masih asing di telinga gua, yang membuat gua penasaran siapan pemilik dari nama tersebut. Hingga berdirilah sesosok wanita yang cukup gua kenal, ya benar gak salah lagi dia adalah gadis kacamata yang gua temui di tengah kebosanan yang merongrong.

                Walau itu adalah hari pertama dan terakhir gua melihat Della semasa gua SD, namun kenangan menatapnya akan selalu gua ingat. Dan dengan itu bertambah lagi daftar wanita yang melewatiku dengan hampa. Semua daftar yang membuat gua punya alasan untuk tetap hidup, yaitu untuk menikmati keindahan mereka tanpa perlu  bermimpi memiliki.

                Kisah dengan Della boleh berhenti kurang dari 24 jam, namun kisah cinta gua gak boleh mati dan terkubur begitu saja. Tari, gadis tengik yang selalu usil dengan gua akan menjadi lembaran penutup dalam kisah cinta monyet gua semasa SD.

                Tari yang sejak kelas 3 uda sekelas bareng gua mendadak mulai jarang ngisengin gua. Bahkan, dia sekarang menjelma menjadi sosok yang ramah yang membuat gua merasakan getaran-getaran gaib dalam jiwa gua yang serasa sakit tapi gua menikmati semua itu. Apa kah gua sedang jatuh cinta ? ahh mungkin ini adalah rangkaian cinta monyet gua yang akan berakhir begitu saja. Apa pun itu namanya yang jelas gua menikmatinya.

                Gua selalu mencari kesempatan untuk sekedar memandang atau bahkan mengobrol dengannya. Mungkin agak sedikit lebai aja untuk seorang bocah ingusan kayak gua ini. Kedekatan ini berjalan gitu aja, gua inget tiap kali sholat tarawih, gua selalu mencoba untuk bolos sholat (emangnya bisa ya bolos sholat ?) hanya untuk bertemu Tari.

                Selama di sekolah kami pun memang sering di anggap sebagai sepasang kekasih dan jadi bahan ejekan teman-teman, dan untuk kali ini gua gak nangis lagi. Gua santai aja dan menikmati semua ejekan itu, ibarat pepatah “anjing menggonggong kavilah gak jadi berlalu” eh salah ya ?

                Namun hingga gua menyelesaikan masa bakti gua di Sekolah Dasar, antara gua dan Tari belum ada yang mengungkapkan perasaan. Walaupun dia tau gua suka sama dia, dan gua juga tau kalo dia sebenarnya juga suka ama gua (eh, apa mungkin gua ke geeran ya ?). kami menikmati masa-masa cinta monyet ini yang sedang tumbuh dan bersemi hingga menunggu kapan dia akan gugur dan mati oleh waktu.


***Bersambung***
Back To Top