-->
Motivasi Menulis

Cinta Tanpa Judul Part 5

Ini adalah bagian kelima dari perjalanan hidup gua yang coba gua tuliskan dan gua bagi bersama kalian. Buat kalian yang belum membaca kisah sebelumnya bisa di baca disini.
ni foto nemu di cryptanth.deviantart.com

Menjalani hari-hari bersama cecumuk ini memang sama menyedihkannya dengan kisah cinta monyet gua. Walaupun tetap saja selalu ada yang bisa kami tertawakan bersama disaat penderitaan terus menjamah hidup kami.

Ada satu kisah gadis kupret yang mewarnai hidupku di sela-sela kisah antara Tari dan Airin. Seorang gadis yang secara langcang masuk dalam hidup gua yang baru saja ditinggalkan atau mungkin meninggalkan Tari. Ya, seorang gadis yang jauh lebih tengik dari Tari namun berhasil memberikan kesan mendalam dan membuat gua memiliki tipe wanita idaman.

Semuanya berawal disuatu tanggal dimana saat itu ada konser dari band favorit bokap gua (ciie bokap gua ternyata punya band favorit) Sheila On 7 di Stadion di kota gua. Bokap gua yang selama ini gua kira gak tertarik dengan hal-hal seperti ini ternyata uda nyiapin tiket buat keluarga kecil ini nonton.

Senja jelang malam, saat langit sedang memerah merona, gua dan keluarga gua berangkat. Ada sesuatu yang berbeda, ditengah-tengah perjalanan bokap gua malah berbelok ke suatu gang, padahal itu bukanlah jalan menuju konser.

Oh, ternyata mobil kita berhenti disebuah rumah. Sepertinya ada personil tambahan dalam rombongan ini. Dan benar saja, ada 2 orang yang keluar dari rumah itu.

“greeek” pintu mobil gua dibuka dan mereka berdua masuk.

Yang pertama masuk adalah cewek yang umurnya kira-kira sama dengan gua, dengan rambut pajak berwajah putih (jangan dibaca kuntilanak). Hei, kayaknya gua kenal sosok gadis ini. Sebelum gua menebak sosok itu, cewek itu mendadak menatap mata gua, oh shiiit wajahnya seakan mengancam dan berkata “apa lo liat-liat ? mau mati muda lo ?”. dibelakangnya masih ada 1 cewek lagi dan itu adalah ibunya. Oke, 2 personil bertambah dan perjalanan dilanjutkan.

Sampai di TKP. Dan saat gua turun dari mobil, semakin jelas la sosok cewek yang ikut rombongan gua. Ya, dia adalah kakak kelas gua, tapi “uupps” gua sedikit kaget dengan penampilannya, dia menggunakan baju terusan dengan motif bunga, terlihat sangat anggun.

            “hei, kenapa lo liatin gua sambil senyum-senyum ?, naksir lo ?”, ahh suara cewek ini menghentikan lamunanku.
“ahh, gak napa-napa, Cuma agak heran aja sama penampilan lo”, gua coba merespon seadanya.
Hmm, siapa coba yang gak heran. Dia yang notabene kakak kelas gua ini, kalo disekolah penampilannya agak urakan, bahkan cenderung mirip preman. Dan malam ini gua liat dia dengan pakaian motif bunga. Sungguh sesuatu yang kontras.
“apanya yang aneh ? yang gua tau si gua pasti tambah cantik, iya kan ?”, dengan sedikit menyobongkan diri,
“iya sih lo cantik, dan baru mala mini gua yakin kalo lo itu bener-bener cewek, haha”, canda gua
Tapi,
“prak !!! kampret ni anak”, dengan santainya dia ngejitak kepala gua.

Itu merubah pandangan gua, dan ok fix dia memang bukan cewek. Tenaganya uda kayak cowok. Tapi lepas dari sakitnya kepala gua yang sakit diserang oleh “cowok” yang berkamuflase menjadi cewek mengerikan, sebenarnya dia cewek yang cantik dan langsung mampu bikin hati gua kesambet, ahh gua emang terlalu gampang jatuh hati bahkan pada orang yang terlalu naïf disebut cewek. Dan sebenarnya gua gak tau nama dia siapa.

Masuk ke TKP, gua dan keluarga gua juga 2 personil tambahan tadi duduk di tribun penonton. Saat itu yang tampil masih band-band local.

“kalian gak turun aja nonton dilapangan”, bokap gua nyuruh gua dan cewek gorila ini untuk turun ke lapangan dan nonton lebih dekat.
“gimana mau turun gak ?” ajak gua ke cewek itu
“ayo”, sambil dia narik tangan gua.

Zzzeerrrr, darah gua mendesir saat dia megang tangan gua. Jujur saja walaupun gua uda pernah punya pacar, tapi gua belum pernah pegangan tangan (sepertinya gua semakin terlihat culun). Ya saat gua pacaran dengan Tari, gua gak pernah sekalipun megang tangan dia kecuali saat salaman buat lebaran. Gua diajarkan kalo menyentuh wanita yang bukan muhrim adalah dosa, tapi untuk malam ini “emm dosa itu apa ya ?” (mendadak lupa)

“ehh tunggu, ini bawa payung, kayaknya ntar mau hujan”, ibunya cewek ini memberikan paying buat kami.
“terimakasih tante”, gua ngambil payung yang dikasih tadi

15 menit gua bareng dia ditengah lapangan dalam lautan manusia yang larut dalam alunan lagu para band pembuka. Dan selama itu pula tak ada satu kata pun yang meluncur dari mulut gua apalagi dia.

“emm, lagunya asik ya”, gua coba memecah kesunyian diatara gua dan cewek ini.
“basa-basi lo gak asik”, balesnya

Kampret ni cewek, gak menghargai banget usaha gua buat mencairkan suasana. Walaupun harus gua akuin kalo kata-kata gua barusan bener-bener nggak banget deh.

“eh, gua lum tau nama lo siapa ni ?” gua coba mencari bahasan baru.
“napa lo nanya nama gua ? eeitts, jangan-jangan lo beneran uda naksir gua”, lagi responnya bener-bener memuakkan.

Bener-bener dah ni cewek, gak ada apa kata-kata lembut yang bisa keluar dari mulutnya. Wajahnya sih cantik tapi mulutnya itu loh, pengen gua cangkul ni lapangan saking kesalnya gua sama ni cewek.

Ya, setelah itu taka a lagi percakapan yang gua mulai. Gua uda putus asa ngadepin ni gorilla. Malam ini harusnya bisa jadi malam yang sangat indah, suasana nonten konser bersama dengan seorang wanita, ahh impian tinggal lah impian. Ini menjadi seperti gua bersama beruang kutub, terlihat lucu namun ganas men.

“gua Anggi”,
Emm oh ternyata itu suara dari cewek disamping gua ini. dia mengenalkan dirinya, akhirnya.
“oh, gua….”
“gak usa repot-repot, gua tau lo Galih kan ?”,
“ciie, lo ko’ bisa tau nama gua ? jangan-jangan lo yang naksir gua ?” gua coba melemparkan candaan.
“siapa juga yang gak kenal cowok culun bin cengeng kayak lo”,

Kampret again, ni cewek bisa gak sih ngomong manis dikit. Nyokapnya ngidam cabe kali ya, anaknya ko’ bisa pedes gini. Untung aja ni anak cakep. Coba aja ni anak tu lembut layaknya Airin, uda gua pacarin pasti (kalo dianya mau, sepertinya mustahil).

Dan hingga akhirnya yang dinanti-nanti muncul juga. Sheila On 7 membuka malam ini dengan “Pria Kesepian”. Ahh, benar-benar mengerti apa yang sedang gua rasakan saat ini. Dan seiring alunan music dari Duta cs, hujan tak mau kalah untuk memeriahkan mala mini. Ya, sesuai yang dengan yang diperkirakan bahwa hujan akan turun seperti yang dikatakan tante Dwi. Untung aja kita uda sedia payung sebelum hujan.

Music yang menghentak dengan indah, hujan rintik-rintik dimalam hari, berdua bersama cewek, oh sungguh suasana yang bener-bener romantic (harusnya). Ditengah hujan yang membasahi bumi, mungkin jika ini adalah sebuah sinetron, di bagian ini aka nada adegan ciuman, saat sepasang cowok dan cewek berteduh dalam satu payung bersama, eh maaf sepertinya kata bersama harus gua ralat, karena pada kenyataannya, gua hanya mendapat ¼ bagian payung dan ni cewek gorila mendapat porsi lebih.

Bener-bener dah ni cewek tengek bin kampret. Gak sadar kah dia ada seorang pria lemah yang butuh tempat berteduh. Satu-satunya bagian tubuh gua yang terlindungi hanyalah tangan kanan gua, sedangkan dia dengan anggun menjurus angkuh begitu nyaman seakan dia lupa bahwa dia punya peliharaan yang renta.

Dan lagu “Sephia” menutup penampilan fenomenal Sheila On 7, dan hujan pun juga ikut berhenti memeriahkan malam ini. Dan ini waktunya gua dan Anggi kembali ke keluarga kita yang menanti di tribun.

“Ko’ kamu basah ? kan kalian ada payung ?” Tanya nyokap gua yang ngeliat kondisi anaknya yang basah kuyup.

“ee tadi tu….. aauuuww”, belum selesai gua ngenjawab kaki gua diinjek Anggi.
“tadi dianya emang gak mau makai payung tante, katanya kurang seru kalo nonton konser gak sambil hujan-hujanan”, anggi yang menjawab dengan senyum liciknya.
“Galih kamu ni aneh-aneh aja, ntar malah masuk angin loh, bikin repot aja”, nyokap gua mulai menceramahi gua.
“iya ni tante, padahal uda aku paksain biar dia gak hujan-hujanan, tapi dia tetap bandel”, lagi Anggi memberikan keterangan palsu ke nyokap gua.

Dia bener-bener uda membalikkan fakta. Harusnya dia menjadi tersangka tunggal dalam hal ini, namun justru gua yang terlihat sebagai terdakwa. Dan bener saja apa yang dibilang nyokap gua tadi, sepertinya gua mulai sakit.

Malam yang seharusnya menjadi malam indah karna gua punya kesempatan nonton konser band papan atas, sesuatu yang sangat jarang terjadi ditempat gua. Ditambah lagi ada cewek yang menemani disamping, namun sayang cewek yang satu ini gak bisa diharapkan untuk membuat suasana yang romantic. Andai saja cewek yang menemani gua mala mini adalah Airin, pasti ceritanya akan berbeda. Tapi, ah sudahlah, semua uda berakhir, sekarang tinggal gua menikmati sisa mala mini dalam keadaan K.O, sedangkan Anggi pastinya sedang tidur nyenyak dengan perasaan puas telah me-bully pria semi tampan ini. Oke fix, akurapopo.



***bersambung***

Cinta Tanpa Judul, Part 4

Ini adalah lanjutan dari rangkaian cerung yang bercerita tentang perjalanan menemukan akhir dari cinta monyet. buat kalian yang belum baca cerita sebelumnya, bisa baca disini
Tak gua sangka, ternyata perjalanan sakura itu adalah perjalanan indah terakhir yang gua jalanin bareng Airin. Bukan karna dia gak mau nerima ajakan gua atau ada cowok kupret lain yang mengajaknya pulang bareng, melainkan karna Airin hilang dari kelas ini.

Ya, bau dari “bleeding Heart” sudah tak tercium lagi disini. Dan mulai saat itu, tempat ini kembali berubah jadi “Dead Vlei”. Ketidak hadiran Airin bikin gua gak punya magnet lagi untuk hadir di kelas ini.

Gua mulai sering bolos. Selain karena satu-satunya tali penahan leher gua untuk tetap di kelas ini uda gak tau kemana, bisikan setan dari Deni sang pengrusak jadi salah satu penyebab gua sering bolos. Gua yang awalnya selalu dianter bokap kalo berangkat les, sekarang lebih memilih menggunakan kembali keledai besi (dibaca : sepeda butut) yang lama tak tersentuh di kandangnya. Tentu saja hal ini gua pilih untuk memudahkan gua menjalankan rencana picik Deni untuk bolos.

Satu-satunya tempat gua bolos adalah rumah Andra, salah satu sahabat gua yang gua kenal sejak masuk SMP. Seorang bocah lugu yang telah salah memilih kami sebagai temannya, kami disini adalah gua, Deni, Riko, dan Akbar, 4 perjaka yang masuk kategori pecundang cinta abad 20. Akbar sendiri adalah temen yang uda gua kenal sejak SD, ya kita berasal dari habitat yang sama, alias dari desa yang sama. Dan bisa dibilang kami berempat tinggal cukup berdekatan.

Mengenai kisah cinta kami berempat, tentu saja gua yang paling perih bin miris. Berbeda dengan 4 sahabat gua yang lain yang walaupun mereka masih lajang, mereka punya sedikit dewi fortuna untuk masalah cinta. Ahh, mungkin Akbar sedikit memiliki nasib yang sama dengan gua.

Ya, gua ingat saat Akbar pertama kalinya menemukan monyet betina yang bergelantungan di pikirannya. Kelas 1 SMP, monyet betina itu berada dikelas yang sama dengan kami, namanya Rosa. Ya, bisa dibilang dia lah cewek pertama yang bisa membuat Akbar seperti zombie cinta, yang ada dipikirannya hanyalah Rosa.

Namun sayang, sepertinya kesialan cinta gua menular ke Akbar. Rosa, cewek anggun, dan salah satu primadona di sekolah ini, mengacuhkan pisang (dibaca : cinta) yang diberikan oleh Akbar. Maafkan gua Bar.

Tapi ada hal yang gua puji dari Akbar, dia pantang menyerah untuk meraih cinta Rosa. Ahh, mungkin yang pertama adalah meraih perhatian Rosa lebih dulu, karna selama ini Rosa enggan mengarahkan pandangannya ke Akbar, atau mungkin ke arah kami berempat, dalam hal ini Andra gak termasuk di dalamnya. Mungkin dalam pandangan Rosa, kami ini mengidap penyakit gagal cinta complicated yang bahaya jika didekati.

Perbedaan mencolok dalam hal kemampuan otak menyerap pelajaran mungkin jadi aspek yang memisahkan antara kami dan Rosa. Mungkin hanya Deni dan Andra yang masih bisa dibanggakan diantara kami. Ya, penjahat tengik ini memang memiliki otak yang cukup cerdas. Setidaknya itu dibuktikan dengan dia jadi juara 2 di kelas di bawah Rosa. Lalu bagaimana dengan Gua, Riko dan Akbar ? ah sepertinya gua gak perlu jelasin lagi bagaimana bobroknya otak kami yang berpengaruh pada prestasi.

Balik lagi ke perjuangan Akbar. Di suatu minggu siang dimana matahari sedang bergairah memancarkan panasnya, gua, Riko, Deni, Akbar, baru aja selesai dengan ekstrakulikuler Imtaq (iman & taqwa), ya waktu SMP bisa dibilang gua cukup sholeh. Suasana panas ini bikin kita males untuk pulang, apalagi kita kesini hanya mengandalkan keledai besi.

“hei, ayo bangun, gua ada rencana”,
Tiba-tiba akbar membangunkan kami yang sedang asiknya tiduran.
“alah, napa si lo, ganggu orang lagi enakan tidur”
Gua, Deni, dan Riko menggerutu karna kenikmatan yang terganggu.
“ayo ikut gua, gua mau nyari rumah Rosa, gua punya alamatnya tapi gua ”
Akbar menyampaikan alas an kenapa dia membangunkan macan pemalas ini.
“gila apa panas-panas gini lo mau ngajakin kita nyari sesuatu yang lo sendiri gak tau dimana”,
Deni mewakili suata gua dan Riko yang menolak rencana keji Akbar.
“gua kasih lo semua 5000 dah”
Akbar memberikan sedikit tawaran, dan hasilnya …
“ayo berangkat”

Tanpa komando, gua, Deni, dan Riko langsung bangun dari kenyamanan menuju penyiksaan matahari. Apa boleh buat, godaan uang bener-bener mengikis iman kami. Saat itu uang 5000 emang nilai yang cukup gede, uang saku gua aja Cuma 10000 per minggunya.

Sekitar 30 menit perjalanan menunggangi sepeda, kami akhirnya sampai di alamat yang dimaksud. Sekarang tinggal nyari yang mana istana yang menyembunyikan kecantikan Rosa.

“rumahnya yang mana Bar ?”
Riko memecah kebisuan kami yang bingung dan lelah mencari istana Rosa.
“katanya sih yang didepannya ada pohon jambu gitu”, jawab Akbar
“hmmm, kayaknya itu deh Bar, tu ada pohon jambunya”
Teriak gua sambila nunjuk satu-satunya rumah yang didepannya ada pohon jambu.
“oh jadi itu ya, ya uda ayo pulang”, respon Akbar menanggapi penemuan gua.
“pulang ? pulang gimana maksdunya ?”, Gua kaget dengan respon Akbar tadi
“ya pulang ke rumah, mau ngapain lagi emangnya ?”, dengan datarnya Akbar menjawab pertanyaan gua.
“jadi kita jauh-jauh kesini cuman buat ngeliatin rumah yang ada pohon jambunya doank ?”,

Gua masih agak gak percaya, perjalanan menembus teriknya matahari hanya berakhir dengan memandangi pohon jambu di depan rumah warna putih. Kalo bukan karna uang 5000,uda gua jitak habis-habisan ni anak kampret.

Ya, sebuah perjalanan yang dulunya gua anggap sebagai suatu perjuangan yang sia-sia. Namun saat ini gua tau itu adalah suatu mental seorang pecinta yang mengambil sikap cukup tau aja, dan itu akan membuatmu bahagia. Setidaknya itu yang gua pelajari dari seorang Akbar. Terkadang rasa ingin tau yang tersampaikan akan lebih memuaskan mu daripada sebuah pertemuan dengan dia yang mengabaikan cintamu. Thanks bro.

Sejenak meninggalkan kepiluan Akbar. Kita menuju mereka yang tergolong kebal dari virus gagal cinta, yaitu Deni, Riko, dan Andra. Akan gua buka dengan pria pembawa pengaruh buruk dalam hidup gua, Deni.

Tak banyak kisah cinta yang tertulis dalam buku takdir anak yang satu ini. tapi ada satu peristiwa yang gua ingat. Saat itu kelas 1 SMP, dan saat itu gua masih bergelantungan di pohon asmara dengan cinta monyet gua, Tari. Kedekatan gua dengan Tari tentunya juga berdampak dengan kedekatan temen-temen gua dan temen-temen Tari.

Hal itu kayaknya membawa dampak positif buat Deni dan Riko. Mereka kecipratan cinta dari para ladies. Deni pernah punya kisah dengan Meri, salah satu personil geng Tari. Gua inget banget hari dimana Deni merayakan ulang tahunnya, Andra menghampiri Gua, Riko, Akbar, dan Deni Tentunya yang sedang asik membicarakan masalah Negara, ya ela gaya banget padahal aslinya lagi ngomongin biduan yang manggung semalam gak jau dari rumah gua.

“Den, ni ada yang nitip sesuatu buat lo”, Andra tiba-tiba nongol dengan sebuah kertas hello kitty yang membungkus sebuah kotak, dan gua tau pasti itu adalah kado.

Gila ni anak, ada juga yang ngasih dia kado. Gua aja sepanjang 12 taun hidup gua gak pernah ada yang ngasih kado apa pun. Tapi, tunggu dulu, dalam rangka apa ini Deni mendapat kado, seinget gua Halloween uda lewat (saat itu gua emang gak tau kalo hari itu adalah ultah Deni, ah temen macam apa gua ini).

“dari siapa tu dra ?”, Deni mengambil bungkusan yang dititipkan ke Andra itu.
“liat aja dulu, ntar juga tau sendiri”, jawab Andra yang semakin bikin penasaran.
Tak sampai 5 detik, si hello kitty yang tadi membungkus sebuah kotak dengan rapi kini sudah tak beraturan lagi, tersobek oleh tangan-tangan kotor pecundang.

“Dear Deni, mungkin hadiah ini gak punya artinya dan tak cukup besar untuk menggambarkan rasa cinta ku kepadamu”
                                                                        From : Meri

Busseettt dah, ternyata yang ngasi kado buat Deni tu Meri. Wuiih bakalan ada yang nyusul gua ni kayaknya. Setidaknya itu hipotesis awal yang gua ambil dalam kondisi ini. Namun tak disangka Deni malah membantah hipotesis gua. Dia melakukan tindakan yang justru diluar perkiraan gua.

“balikin aja ke dia hadiah ini, tolong bilangin ke Meri, gua gak bisa nerima ini dan cintanya”, pesan Deni ke Andra sambil mengembalikan hadiah itu ke Andra.

Gila, Deni bener-bener menolak cinta seorang gadis yang bisa gua bilang gak jelek-jelek amat untuk mendampingi anak ingusan ini. Saat itu gua melihat seorang Deni menjadi benar-benar jantan untuk melakukan itu. Gua bayangin seandainya gua yang berada dalam posisi itu, walaupun gua gak punya otak, gua pasti akan nerimanya dengan senang hati *tipe cowok gampangan*.

Disaat gua lebih sering tergores luka oleh cinta, Deni yang notabene selalu bareng gua ternyata tak terkena virus gagal cinta seperti halnya Akbar. Dan masih ada 1 orang lagi yang mungkin sewaktu kecilnya di beri imunisasi Lovisius (sejenis imunisasi yang membuat anak anda terbebas dari resiko penyakit gagal cinta), yaitu Riko.

Sama dengan Deni, cewek yang jatuh hati pada cowok yang unggul memenangkan hati Era Sananta dan mengalahkan temannya ini, juga berasal dari genggers Tari. Santi, cewek yang sebenarnya uda gua dan Riko kenal sejak SD, ya karna kami emang dari sekolah dan kelas yang sama ditambah rumah kami bertiga berdekatan. Faktor uda lama kenal ini mungkin yang bikin Santi kesemsem dengan Riko. Seperti pepatah orang jawa, “witing tresno jalaran mergo ra ono sing liyo”, eh benar gak itu ya ?

Di suatu malam, dengan sebuah alasan kerja kelompok (ni alasan yang selalu gua bilang ke ortu gua), gua dan Riko nimburung ke genggers Tari, ya selain ada maksud gua emang mau ketemu sama Tari si. ¾ jalannya nimbrung ni, kayaknya gak ada sesuatu yang aneh sih. Hingga pada suatu menit, Gita, salah satu personil genggers memanggil Riko dan mengajaknya untuk sedikit menjauh dari kumpulan ini.

Ya, sepertinya mereka akan membicarakan sesuatu yang sedikit pribadi. Gua pun mengikuti Riko yang datang ke Gita.

“kenapa Git ?”, Tanya Riko yang gak punya firasat apa-apa.
“ada sesuatu yang pengen gua omongin ke lo, ini soal Santi. Ya mungkin slama ini lo gak sadar atau gimana, tapi sebenarnya Santi punya rasa ke lo, dia suka sama lo”,
“ah yang bener aja lo ?”, Riko masih dengan ekspresi yang datar

Mungkin Cuma gua yang shock dalam kasus ini. Dan tak lama, Santipun mendekat dan langsung menyambung dalam perbincangan ini dengan mengiyakan apa yang tadi di omongin Gita.

“apa yang dibilang Gita tu bener, gua emang suka sama lo, mungkin lo mikir ini aneh, tapi gua gak bisa bohong kalo gua suka sama lo, dan gua pengen kita bisa menjalani hubungan lebih dari sekedar teman biasa”, Sinta menyatakan perasaannya langsung ke Riko.

Wow, temen gua yang satu ini ternyata punya sesuatu yang bisa bikin cewek jatuh hatinya. Setelah Era, kali ini dia bisa bikin Santi mengatakan sesuatu yang sebenarnya tak lazim dimana justru cewek yang mengungkapkan lebih dulu. Mungkin hal buruk dari gua yang tertular ke Riko dan Deni adalah, kebiasaan dimana kita gak pernah mulai duluan, selalu cewek yang mengambil inisiatid menyerang, seperti halnya saat gua berkenalan dengan “Bleeding Heart” Airin.

“maaf, untuk saat ini gua gak bisa nerima cinta lo San, gua Cuma lum siap untuk pacaran, gua lebih nyaman kalo kita temenan aja”, pernyataan diplomatis Riko menjawab pertanyaan Santi.

Untuk kedua kalinya dalam waktu yang berdekatan, gua ngeliat temen-temen gua begitu coolnya menolak cinta seorang gadis. Dan seperti biasanya, jika gua yang ada diposisi itu, gua pasti akan mengiyakan apa yang di inginkan Santi. Masih ada 1 hal yang gua bingung, sebenarnya peran gua dalam kondisi tadi itu apa ?

Deni dan Riko memiliki nasib yang berbeda dengan gua dan Akbar. Tapi masih ada 1 nama lagi yang akan berkutat dengan masalah cinta monyet. Ya, dia adalah Andra, anak polos bin lugu yang terjerumus dalam pertemanan yang menyesatkan dengan kami.

Berbeda dengan kami berempat, cewek yang ternyata menyimpan rasa dengan Andra bukan berasal dari genggers Tari, melainkan dari adik kelas. Itu artinya saat itu kami uda ada di kelas 2, dan itu juga berarti hubungan gua dengan Tari hanya tinggal cerita.

Sebenarnya gua gak heran kalo emang ada cewek yang naksir sama Andra. Ya, faktor baby face dan kecemerlangan otaknya tentu aja bikin cewek klepek-klepek. Andra adalah satu-satunya kebaikan yang bikin cewek-cewek lain melihat positif ke arah kami.

Di kelas 2 sebenarnya merupakan masa reses bagi perjalanan cinta temen-temen gua ini, gua gak termasuk di dalamnya, karna saat itu gua sedang mendekati Airin. dan ternyata Andar mengikuti jejak gua, hanya bedanya disini Andar yang di dekati cewek.

Ayu, anak kelas 1 yang bisa dibilang lumayan cantik dan cukup popular saat itu di kalangan cowok, mencoba menambatkan hatinya pada si baby face Andra. Sebuah awal kisah yang bisa dibilang sama dengan kisah Deni saat Meri mengajukan proposal cintanya dengan membawa kado sebagai gratifikasinya, begitu pula dengan kisah pada Andra.

Di pagi hari yang membosankan, tiba-tiba seorang anak perempuan masuk ke kelas gua dan mendekat ke gerombolan gua, suatu hal yang sangat jarang terjadi kecuali saat Witri si bendahara kelas menagih uang kas. Untuk kali ini tidak, anak perempuan itu adalah Ayu, adik kelas gua yang memiliki wajah cantik, imut dan sedikit menggairahkan (kata terakhir harap diabaikan).

“Andra, bisa ngomong bentar gak ?”, Ayu memanggil salah satu dari kami.

Ahh, sayangnya itu bukan gua. Andra pun menghampiri panggilan itu. Ayu langsung memberikan sebuah kotak kecil yang dibalut Hello Kitty (again) yang daritadi disembunyikan di balik badan mungilnya. Dan sesaat setelah memberikan itu, Ayu langsung pergi tanpa bilang apa-apa, mungkin setidaknya dia say goodbye dulu ke gua.

Melihat Andra mendapatkan sesuatu, langsung saja gua dan 3 cecumuk lainnya mendekat.

“ciiiee, ada yang dapet hadiah ni, di buka donk hadiahnya”, Akbar mencoba menggoda Andra yang sepertinya masih bingung dengan apa yang baru saja dia terima.

Karna Andra enggan membuka kado tersebut, Hello Kitty itupun kembali terkoyak oleh tangan-tangan kotor cecumuk-cecumuk memuakkan. Dan lagi sebuah surat terselip di dalamnya bersama sebuah peci yang merupakan isi dari kado itu.

“dear andra, maaf sebelumnya mungkin aku uda langcang. Tapi aku Cuma ingin mengatakan sesuatu yang uda aku pendam dari awal aku ketemu kamu di sekolah ini. mungkin hadiah ini bisa kamu terima sekaligus juga menerima pernyataan cintaku.
                                                            Dari yang selalu mengharapkanmu, Ayu”

Oh, ternyata Ayu datang untuk menyatakan cintanya. Namun sayangnya apa yang Andra lakukan setelah membaca surat itu adalah sesuatu yang tak terduga, dia justru membuang surat dan peci itu tadi ke kotak sampah. Gua anggap apa yang dilakukan Andra adalah suatu pernyataan penolakan cinta. Melihat kejadian itu, gua dan lainnya berlarian ke kotak sampah untuk ngambil peci itu, sayangnya yang mendapatkan peci itu adalah Deni.

Dan saat istirahat pelajaran, Deni dengan santainya memakai peci yang seharusnya ada di kepala Andra. Dan saat di kantin, Ayu dihadapkan pada keadaan itu. Keadaan yang menjelaskan bahwa cintanya telah ditolak oleh si baby face yang ditadai dengan rupa pemakai peci yang bisa dibilang babi face.

Ya, suatu gerombolan yang diisi 4 cecumuk dan 1 bayi ini memang punya kisahnya sendiri-sendiri dalam cinta. Tuhan sudah punya aktor-aktor yang akan dilibatkan dalam setiap skenario cinta hambanya. Mungkin saat ini gua sedang berada dalam skenario dimana gua harus banyak bersabar hingga suatu saat gua akan memasuki suatu bagian yang hanya ada senyuman kebahagiaan di setiap detiknya. Semoga.

*bersambung*
Back To Top