Segelas kopi pahit yang memeluk dinginnya malam ini, dan
irama lagu barat yang sebenarnya gua gak tau arti dan maksud dari lagu itu.
Tapi menurut gua si itu lagu yang cukup bagus. Setidaknya cukup untuk menemani
gua menulis semua kisah cinta gua mulai dari gua masih sering nangis di Sekolah
Dasar hingga saat dimana gua memutuskan untuk mengakhiri kisah ini.
Kalo
ngomongin masalah cinta, gua emang uda cukup pengalaman dibidang ini. Bukan
maksudnya mau sombong, tapi ya emang gua uda cukup makan gula kopi, dalam
artian manis pahitnya cinta uda gua rasain bahkan sejak usia dini, dengan rasa
pahit lebih dominan tentunya. Ya, bisa dibilang gua uda ngalamin 1001 jenis
sakit hati.
Oh
ya, nama gua Galih Pranata Yudha, mungkin nama itu lah yang menyebabkan gua cukup
sering dilanda pertempuran cinta. Nata berarti pemimpin, sedangkan Yudha adalah
perang, jadi gua emang ditakdirkan untuk berperang dalam percintaan, dan gua
harap gua akan jadi pemenang di akhir kisah ini, walaupun selama ini bau
kekalahan benar-benar melekat dalam diri gua.
Oke,
sesuai dengan perkataan gua di awal kalo gua akan mengisahkannya mulai dari gua
masih cengen di Sekolah Dasar. Dan kisah cinta monyet bertepuk sebelah tangan
(gila, masih cinta monyet aja uda bertepuk sebelah tangan) ini gua mulai dari
kelas 5 SD. Dan wanita pertama yang sempat sekedar ngetem (uda kayak angkot
nyari penumpang aja) adalah Era Sananta.
Gadis
yang pertama kali gua liat waktu dia lagi nungguin jemputan di sebelah pagar
sekolah, kebetulan saat SD sebelum pulang ke rumah gua selalu ke rumah nenek
yang letaknya persis di seberang sekolah. Seingat gua hari itu adalah hari
rabu, ketika seorang gadis kecil dengan rambut kepang 2 dan jaket kuningnya
berdiri dengan anggunnya seakan berada diatas panggung Miss Indonesia, padahal
gua tau background dari tempatnya berdiri sekarang hanyalah sebuah gang kecil
yang di kanan kirinya ada selokan dengan bau khasnya.
Gua
pikir ini adalah gadis tercantik yang pernah gua lihat selain San Chai (Barbie
Hsu) salah satu pemeran dalam serial drama Korea Meteor Garden yang memang lagi
tren banget saat itu. Dan sebelum gua tau namanya, gua lebi suka manggil cewek
itu dengan sebutan gadis kepang jaket kuning. Mungki itu lah yang membuat gua
sampai saat ini sering ngasih panggilan sendiri untuk cewek-cewek yang belum
gua ketahui namanya.
Sebenarnya
saat gua menyukainya secara cinta monyet, salah satu temen dekat gua yaitu Riko
juga menyukai dia. Ya, hidup gua emang penuh persaingan. Namun karna saat itu
gua masih berusia dini, jadi gua lum menganggap itu sebagai suatu persaingan
yang harus dimenangkan. Gua menganggapnya dengan santai, dan kita saling
membagi info yang kita ketahui tentang era, walaupun sebenarnya gua gak perna
ngasi info apa-apa ke Riko, semua info tentang Era gua dapat dari Riko,
termasuk hingga gua tau nama gadis kepang berjaket kuning. Gua juga tau
ternyata Era adalah adek kelas gua.
Tak
heran jika Riko memenangkan peperangan ini, memang sih Era gak pernah bilang
secara langsung dan antara gua dan Riko gak pernah ada yang menyatakan cinta.
Tapi setidaknya surat yang Era kirimkan ke Riko menjawab siapa pria yang
berhasil mencolek hatinya. Di jaman itu surat memang masih jadi andalan dalam
berkomunikasi dan menyatakan perasaan, karna saat itu Handphone belum masuk ke
daerah gua. Oh ya, gua ini berasal dari Belitung, sebuah pulau kecil yang saat
ini di kenal dengan sebutan Negeri Laskar Pelangi.
Sayangnya
gua gak nyimpen surat itu, tapi gua masih inget inti dari wasiat sakit hati
yang Era tulis dengan tangannya sendiri. Kata demi kata yang menuliskan bahwa
dia lebih menyukai Riko dibandingkan dengan pria yang saat pertama kali
melihatnya hanya menggunakan kaos singlet dan celana merah. Tanpa ada alasan
pasti kenapa Era menggagalkan cinta monyet pertama gua, tapi di usia segitu siapa
sih yang butuh sebuah alasan.
Walaupun
Era lebih memilih Riko, hubungan gua dengan Riko masih baik-baik saja
seolah-olah gak pernah terjadi sesuatu. Namun sayangnya setelah Era
menyampaikan surat itu, gua dan Riko bahkan tukang siomay langganannya gak
pernah lagi melihat sosok Era yang berdiri manis dengan kepang 2nya dan jaket
kuningnya. Hingga 3 hari kemudian gua tau kalo Era ternyata pindah sekolah. Gua
gak tau alasannya kenapa pindah sekolah yang jelas dia gak mungkin pindah Cuma
gara-gara dia takut gua bakal mengambil sehelai rambutnya lalu membawanya ke
dukun untuk dipelet.
Namun
bukan berarti gua masih kecil berarti gua bakalan lupa gitu aja dengannya yang
uda pindah sekolah. Kebetulan gua tau kemana dia pindah dan tentunya info itu
berasal dari Riko. Posisi sekolahnya cukup jau dan itu akan melelahkan apabila
gua mencoba menggapainya lewat kayuhan sepeda. Gua lebih memilih menyimpan
kenangan itu sambil sesekali bisa bertemu dengannya. Bahkan hingga saat ini gua
masih penasaran bagaimana kabarnya, mungkin sekalian kabar anaknya. Ya, karna
disini fenomena nikah muda masih sering terjadi jadi gua pikir mungkin aja si
gadis kecil dengan rambut kepang 2 dan berbalut jaket kuning sudah menemukan
pasangan hidupnya, dan yang jelas itu bukan lah Riko.
Oke,
kita coba lupakan Era sejenak. Kita akan masuk ke cinta monyet bertepuk tangan
yang kedua. Kalian gak perlu heran dengan kisah cintaku yang lebih banyak
bertepuk sebelah tangan ini. Secara gak sengaja atau mungkin karena faktor
kebiasaan, sepeti pepatah jawa “tresno jaranan seko kulino”. Gua mendadak suka dengan salah satu
temen kelas gua, yang pasti dia cewek, dia adalah seorang gadis putih, tinggi
nyaris sama kayak gua, dengan mata sipit dan rambut panjang yang tergerai
hingga melewati bahunya beberapa inchi.
Untuk
yang satu ini gua gak perlu ngasih nama panggilan yang aneh-aneh karna gua uda
tau namanya sejak gua masuk sekolah ini. Gua uda sekelas ama dia uda dari kelas
1, mungkin karna itu lah benih-benih cinta yang akan tumbuh menjadi akar sakit
hati jilid 2 ini muncul. Namanya Melissa Yulianti, atau akrab dipanggil Mei,
seorang gadis keturunan Cina.
Rasa
suka itu gua ungkapin dalam secarik kertas, dan saat itu gua lum berani untuk
menuliskan nama gua sebagai pemilik surat itu, gua menuliskan nama Taro Misaki,
tokoh sepak bola terkenal dalam komik “Captain Tsubasa”. Seminggu setelah surat
itu gua tulis, gua masih lum berani buat ngasih ke dia, gua takut perasaan gua
ini gak cukup kuat untuk membongkar tembok cina.
Namun
yang namanya bangkai, sehebat apa pun gua nyimpennya pasti bakalan ketahuan
juga. Surat yang gua tulis dengan ¼ hati itu sampai ke tangannya, dan bukan gua
yang menyampaikan surat itu, melainkan seorang gadis tengik yang uda satu kelas
sama gua dari kelas 3. Namanya Tari, gua dan dia emang uda musuhan banget,
selain dalam perebutan peringkat juara di kelas dimana memang saat itu gua
tergolong siswa yang pinter, namun ntah sekarang kemana larinya kepinteran gua
itu.
Ya,
Tari saat itu sedang isengnya ngembongkar tas gua dan menemukan surat itu yang
uda berdebu dan dipenuhi sarang laba-laba. Setelah dia membuka surat itu dia
langsung berdiri di depan kelas dan membacakannya dengan lantangnya. Sontak gua
langsung jadi bahan ejekan temen gua, dan seperti yang gua bilang di awal gua
ini adalah anak yang cengeng, dan menangis lah gua di tengah kondisi itu. Gua
juga ngeliat Mei menangis karna terus diejek dari teman-teman lain.
Ini
semua gara-gara gadis tengik itu, namun gak tau gimana caranya gadis tengik ini
akan masuk dalam daftar orang yang secara gak sengaja tertulis dalam daftar
wanita yang pernah menggoreskan tintanya dihatiku, ahh nanti saja kita bahas
yang itu. Untungnya yang namanya anak kecil tu cepet mengingan dan cepet
melupakan. Semua kejadian memalukan itu seakan lenyap dihapus hujan semalam
keesokan harinya. Beruntungnya gua, jadi gua gak perlu terus-terusan merunduk
saat datang kesekolah.
Hari
demi hari terlewati dengan manis di kelas 5 ini. Dan kisah cinta bertepuk
sebelah tangan bin sesaat gua ini berlanjut di kelas 6. Saat itu gua secara
kebetulan dipilih untuk mengikuti lomba saritilawah, ini bukti bahwa saat itu
gua termasuk siswa yang punya prestasi, give applause for me, *prok prok prok*.
Hari
dimana lomba itu dilaksanakan tiba. Gua menjalani lomba yang ternyata hanya diikuti
3 orang itu dengan sangat baik. Karna pengumumannya juga hari itu jadi gua
menunggu sejenak di sana di sebuah kursi panjang dengan ditemani angina
sepoy-sepoy yang mengalun menyapu dedaunan yang rontok termakan usia. Saat itu
gua duduk di depan sebuah ruangan yang saat itu sedang melaksanakan lomba
computer, setidaknya itu yang tertulis di pintu ruangan tersebut.
Sekitar
30 menit gua duduk membisu, peserta lomba computer itu keluar satu persatu dari
ruangan itu, dan gua tau ternyata lomba itu hanya diikuti oleh anak SMP. Tak
ada yang menarik awalnya hingga sosok wanita dengan ciri putih, tinggi, rambut
tergerai sebahu dan dengan kacamata yang melengkapi kecantikannya, ingin
rasanya saat itu gua teriak “KAWAIIIIII !!!!!!”.
Sejak saat itu momen menunggu
pengumuman yang masih sekitar 1 jam lagi itu menjadi gak ngembosenin. Semua itu
berkat gadis kacamata (mulai lagi ni gua ngasi nama aneh ke cewek cantik yang
gua temuin). Namun sebagai anak SD, gua merasa gak punya level yang sederajat
jika harus mengajaknya kenalan. Gua menikmati detik demi detik memandanginya,
hingga waktu pengumuman lomba diumumkan.
Gak
disangka-sangka ternyata gua jadi juara 2, tapi gua gak bangga karna pesertanya
yang Cuma 3 orang ini. Hingga akhirnya pengumuman pemenang lomba computer
dimulai, gua cukup menanti ini walau gua gak ikut lomba itu. Gua berharap gadis
berkacamata itu bisa menang dan namanya dipanggil oleh panitia, dengan begitu
gua bisa tau nama indah apa yang diberikan orang tuanya pada anak gadisnya yang
uda membuat bocah ingusan ini merasa siap mati hari itu juga karna uda nemuin
yang namanya bidadari dunia.
Pemenang
ke 2 dan ke 3 uda di umumin, dan dari 2 nama yang dipanggil, gadis itu tidak
termasuk di situ karna dia gak maju ke podium. Namun saat pengumuman peringkat
pertama, jelas di telinga gua panitia menyebutkan nama Della Santafania Monika.
Hmm, gua sempat heran dengan nama yang masih asing di telinga gua, yang membuat
gua penasaran siapan pemilik dari nama tersebut. Hingga berdirilah sesosok
wanita yang cukup gua kenal, ya benar gak salah lagi dia adalah gadis kacamata
yang gua temui di tengah kebosanan yang merongrong.
Walau
itu adalah hari pertama dan terakhir gua melihat Della semasa gua SD, namun
kenangan menatapnya akan selalu gua ingat. Dan dengan itu bertambah lagi daftar
wanita yang melewatiku dengan hampa. Semua daftar yang membuat gua punya alasan
untuk tetap hidup, yaitu untuk menikmati keindahan mereka tanpa perlu bermimpi memiliki.
Kisah
dengan Della boleh berhenti kurang dari 24 jam, namun kisah cinta gua gak boleh
mati dan terkubur begitu saja. Tari, gadis tengik yang selalu usil dengan gua
akan menjadi lembaran penutup dalam kisah cinta monyet gua semasa SD.
Tari
yang sejak kelas 3 uda sekelas bareng gua mendadak mulai jarang ngisengin gua.
Bahkan, dia sekarang menjelma menjadi sosok yang ramah yang membuat gua
merasakan getaran-getaran gaib dalam jiwa gua yang serasa sakit tapi gua
menikmati semua itu. Apa kah gua sedang jatuh cinta ? ahh mungkin ini adalah
rangkaian cinta monyet gua yang akan berakhir begitu saja. Apa pun itu namanya
yang jelas gua menikmatinya.
Gua
selalu mencari kesempatan untuk sekedar memandang atau bahkan mengobrol
dengannya. Mungkin agak sedikit lebai aja untuk seorang bocah ingusan kayak gua
ini. Kedekatan ini berjalan gitu aja, gua inget tiap kali sholat tarawih, gua
selalu mencoba untuk bolos sholat (emangnya bisa ya bolos sholat ?) hanya untuk
bertemu Tari.
Selama
di sekolah kami pun memang sering di anggap sebagai sepasang kekasih dan jadi
bahan ejekan teman-teman, dan untuk kali ini gua gak nangis lagi. Gua santai
aja dan menikmati semua ejekan itu, ibarat pepatah “anjing menggonggong kavilah
gak jadi berlalu” eh salah ya ?
Namun
hingga gua menyelesaikan masa bakti gua di Sekolah Dasar, antara gua dan Tari
belum ada yang mengungkapkan perasaan. Walaupun dia tau gua suka sama dia, dan
gua juga tau kalo dia sebenarnya juga suka ama gua (eh, apa mungkin gua ke
geeran ya ?). kami menikmati masa-masa cinta monyet ini yang sedang tumbuh dan
bersemi hingga menunggu kapan dia akan gugur dan mati oleh waktu.
***Bersambung***
Labels:
Cinta Tanpa Judul
Thanks for reading Cinta Tanpa Judul, Part 1. Please share...!
Great Story Fren,
ReplyDeletecuMa kalo bisa, taMpilan atau font nya klo bisa yg raMah aMa Mata ya,
Terus berkarya ya Yud,,
iya saMa yud, ceritanya dah oke, alurny jg enak dng buMbu2 koMedi nya juga,
ReplyDeletesaran nya si saMa kyk Kikiq Putriani, :)
ditunggu ya Part 2 nya
iya tampilanya bikin mata buremku makin burem tapi kalo sengaja dibikin burem biar selaras sama cerita cintanya yang burem sih oke oke aja
ReplyDeletehaha, maksudnya si emang gitu gan
Delete