-->
Motivasi Menulis

Hujan, Awal dan Akhir Cinta Kita

untuk postingan kali ini, gua coba keluar dari zona konyol gua dalam bikin tulisan. Kali ini gua akan sedikit bercerita tentang hubungan jarak jauh yang unik antara 2 anak manusia. mau tau uniknya dimana ? makanya langsung aja dibaca, dan gua harap cerpen gua ini bisa menyentuh hati kalian. cekidot.
gambar nemu di : kisahromance.blogspot.com

“LULUS”, siapa yang tidak senang jika mendengar kata itu, apalagi untuk seorang pelajar sepertiku. Ya, hari kelulusan SMA adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu. Semuanya menyambut dengan sejuta tawa yang merekah dari bibir mereka.

Namun bagiku, kelulusan ini tak hanya sekedar kebahagiaan, tapi ada air mata yang mengalir dari sela-sela tawa lepas ini. Semua ini karena dengan kelulusan ini, itu artinya aku akan berpisah sesaat dengan kekasih pujaanku, Airin. Wanita yang senantiasa menghiasi hariku dengan senyum indah yang terlukis diwajahnya.

Dan setelah semua hujan tawa bersama teman-teman, aku harus segera bergegas ke Bandara untuk mengantarkan Airin yang akan berangkat hari ini. Airin harus melanjutkan studinya ke luar negeri, sedangkan aku akan tetap merajut cita-citaku di negeri Ibu pertiwi.

“sayang, kamu tau kan aku gak akan pernah jauh dari kamu, aku masih ada di sini, di hatimu”, Airin mencoba menghiburku yang masih berusaha untuk tetap tegar menerima perpisahan sesaat ini.

“aku tau sayang, kamu memang selalu disini, karena kamu menyatu dengan denyut nadiku, mengalir bersama aliran darahku, dan cintamu selalu ada disetiap hembusan nafasku”, aku pun mencoba untuk terlihat tegar dimatanya.

Sesaat hujan turun dengan derasnya, seakan dunia ikut menangisi perpisahan 2 insan yang dipersatukan oleh cinta.

“sayang, kamu ingat dengan hujan ini ? hujan inilah yang mempertemukan kita dan sepertinya hujan ini pula yang akan memisahkan kita untuk sementara waktu”, Airin mengatakan itu sambil memberikan pelukan hangatnya untukku.

Ya, hujan memang yang mempertemukan aku dengannya. Di suatu hari disaat aku sedang berteduh di sebuah halte tua, seorang wanita duduk sendirian dengan tangan yang memeluk tubuhnya sendiri, aku tau kalau dia pasti sedang melawan dingin yang menjamah tubuhnya.

“ini mbak pakai saja jaket saya”, aku menawarkan jaketku untuk membalut tubuhnya yang mulai terlihat pucat.

Sesaat dia memandangku, dan ntah kenapa ada sesuatu yang terlihat dari matanya, sesuatu semacam keindahan yang terpancar.
           

 “terima kasih mas”, diapun mengambil jaket yang aku tawarkan tadi.

Tak pernah ku bayangkan bahwa itu adalah awal dari kisah cinta yang akan sama-sama kami tuliskan di lembaran takdir Tuhan yang suci. Sebuah kisah bersama “Bleeding Heart” (salah satu bunga terindah didunia) yang menghiasi hidup pria yang awalnya seperti berada dalam “Dead Vlei” (tempat paling mematikan didunia)

Beberapa hari setelah perpisahan itu, hari-hariku berjalan lebih berat. Tidak ada lagi yang menopang seluruh keluh kesal ku, tidak ada yang menyapaku dengan senyumnya disetiap pagi. Aku benar-benar hanya seperti daging yang berbalut kulit tanpa ada hembusan nyawa.

Perlahan namun akhirnya aku bisa membiasakan diri lepas dari keterpurukan oleh rindu. Walaupun tetap saja di setiap hari-hariku selalu terlintas fatamorgana tengtang dirinya. Ya ini pasti karna dehidrasi rindu yang menggrogoti hatiku.

Hari ini tepat satu tahun hari perpisahan kita, dan hari ini aku akan bertemu denganmu. Hari yang paling aku tunggu-tunggu, dimana rinduku yang mulai mengerupsi akan benar-benar terlepas kan hari ini.

Sebelum menuju tempat pertemuan, aku membeli bunga mawar, bunga yang menjadi bunga favorit dari “My Bleeding Heart”. Dan hingga akhirnya aku sampai ditempat pertemuan itu dan langsung bertemu dengannya.

“apa kabar sayang ? ini aku bawakan bunga mawar untukmu”, aku memberikan bunga itu padanya dan duduk disampingnya.

Hingga hamper satu jam aku berbicara dengannya yang daritadi tak memberikan respon apa-apa. Dan akhirnya aku memutuskan untuk pulang karna hari yang mulai mendung.

“sayang, aku pulang dulu ya, aku harap kamu bisa bahagia disana, dan kamu tak perlu khawatir cintaku akan selalu ada untukmu walaupun kamu jauh dariku,”

“I LOVE YOU”, kalimat terakhirku sebelum meninggalkannya.

Dan sesaat setelahnya hujanpun turun mengiringi langkahku meninggalkanmu, meninggalkan kamu yang terbaring berselimutkan tanah. Meninggalkan kamu untuk beristirahat dengan tenang ditempat terindah di sisi-Nya. Aku yang mengenalmu karena hujan, dan kini hujan yang mengiringku meninggalkan peristirahatanmu.

Ya, tak pernah terpikirkan bahwa penerbangan 1 tahun yang lalu adalah penerbangannya menuju tempat tertinggi dan terindah bersama dengan Tuhan. Perpisahan yang awalnya aku anggap sebagai perpisahan sementara ternyata berujung pada perpisahan yang abadi sebelum nanti aku menemuinya disana.

Kepergiannya tak lantas membuat cintaku ikut menghilang. Aku justru semakin mencintainya. Aku menikmati setiap detik dari hubungan cinta jarak jauhku dengannya. Sebuah hubungan jarak jauh yang mungkin aneh, karna kami mencintai dari dua dunia yang berbeda.

“My bleeding heart” Airin, apapun yang kamu lakukan disana, jangan pernah ragukan cintaku disini, karna aku pun tak pernah meragukan cintamu hingga hari dimana kita akan saling mencintai dengan abadi.



Labels: goresanku

Thanks for reading Hujan, Awal dan Akhir Cinta Kita. Please share...!

2 comments on Hujan, Awal dan Akhir Cinta Kita

  1. semoga bertemu nanti di surgaNya :)

    akan lebih rapi lagi jika tulisan ini dikasih jarak antar satu paragraf ke paragraf lainnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih mbak untuk sarannya, makasie juga uda baca cerpenku

      Delete

Back To Top