ini adalah lanjutan dari rangkaian kisah miris dalam perjalanan cinta monyet gua. buat kalian yg lum baca cerita sebelumnya, bisa dibaca disini
Masuknya Husein dalam
gerombolan patah hati menimbulkan kisah baru dalam perjuangan cinta monyet gua.
Dan dalam kasus kali ini yang jadi tersangkanya ada 2 orang, dan salah satunya
adalah Anggi. Dan satu nama lain yang terlibat dari kejahatan keji ini akan
kalian ketahui nanti.
Gak butuh waktu lama untuk gua, Deni, Riko, dan Akbar
untuk mengakrabkan diri. Selain karna kita emang uda sekelas dikelas 1, kita
juga punya hobi yang sama yaitu sepakbola. Letak geografis rumah Husein yang
berdekatan dengan lapangan bola bikin kita sering berkumpul dirumah husein.
Selain kedatangan kita buat main bola, kita juga sering
nginep di rumah Husein. Dirumah Husein sendiri ada semacam gubuk kecil
dipekarangan rumahnya. Nah tempat inilah yang menjadi markas besar dari
gerombolan cecumuk ini menyusun siasat untuk merubah nasib jadi lebih baik, terutama
nasib dalam percintaan.
Walaupun ukuran gubuk ini gak terlalu besar *ya namanya
juga gubuk*, namun fasilitas didalamnya sudah cukup bikin betah. Selain gubuk
ini uda punya pintu dan juga jendela *ya ini ornament penting untuk mengatakan
suatu bangunan bisa ditinggali*, digubuk ini juga uda ada lampu, kipas angina,
TV, dan yang terpenting VCD player. Kenapa gua bilang VCD player adalah bagian
terpenting, karna dengan itulah kita bisa menikmati malam minggu jomblo dengan
menyaksikan film documenter malam pertama *gua rasa itu uda cukup menjelaskan
film apa yang kita tonton*.
Ya hadirnya Husein sedikit merubah haluan ideology
gerombolan cecumuk ini dari yang religius menjadi bajingus. Walaupun sebenarnya
pertama kali gua melihat adegan jualan aurat itu pada kelas 5 SD, tapi setelah
itu gua gak pernah lagi ngelakuin hal tercela itu *seinget gua sih gitu*. Ah,
sudahlah toh 5 taun lagi gua uda punya KTP yang artinya gua uda mendapat izin
resmi dari Negara untuk nonton itu *untuk pernyataan yang satu ini tolong
jangan dihiraukan*.
Sebenarnya disini Husein hanya penyedia fasilitas ruang
tertutup, TV dan VCD player doank. Sementara distributor ulung penyedia
kepingan plastic bermuatan dosa adalah Akbar. Ya, ntah darimana diusia belia
dia uda bisa mendapakan berbagai macam koleksi dari beberapa bintang atas
ranjang. Dan gua juga gak mikirin itu, yang penting gua bisa menikmatinya.
Mari lupakan sejenak tentang kejahatan mata yang kami
lakukan dan anggap bahwa kalian gak pernah mengetahuinya. Dan kita masuk ke bagian
favorit kalian dimana disitu adalah bagian tersakitinya hati gua yang tulus ini
oleh cinta yang suci. Ya gua tau kalo kalian pasti menunggu-nunggu kapan gua
akan menceritakan ketragisan cinta.
Kedekatan gua dan Anggi semakin menjadi, namun kedekatan
ini Cuma terjadi diluar sekolah. Mungkin jika kedekatan ini terjadi disekolah,
popularitasnya bisa menurun drastic. Padahal gua yakin popularitasnya bisa
nanjak kalo deket dengan gua, karna harus gua akui sebenarnya gua lumayan tenar
disekolah ini, ntah apa yg melandasi itu, mungkin karna gua emang tampan ya,
haha *sedikit congkak*.
Kedekatan gua dengan Anggi juga menyeret para
cecumuk-cecumuk ini. Dan itu bermula saat gua ngajak Anggi buat sepedaan pagi.
Sebenarnya rencana ini bisa gua manfaatin buat berdua ama Anggi, namun ntah apa
yang gua pikirkan saat itu,gua malah ngajakin para pria penikmat 3gp ini
bersama dalam plan of love gua dan Anggi.
Tapi harus gua akui andai gua Cuma sendiri, keselamatan
gua bakalan terancam. Tau sendiri lah gimana Anggi selama ini nge-bully gua.
Bisa jadi setelah sepedaan gua disuruh mijitin dia, terus nyediain minum dan
berbagai penindasan lainnya dan dia hanya membayarnya dengan senyuman manisnya
yang menampakkan gigi kelincinya, tapi aku suka itu.
Tak adanya alat komunikasi antara gua dan Anggi jadi
sedikit masalah. Karna gua gak bisa ngasih tau kalo gua uda take off dari
markas menuju rumahnya dan gua juga gak bisa ngasih tau kalo gua uda sampai
rumah dia.
Mungkin buat kalian hal itu gampang aja, gua tinggal
ketok pintunya aja buat ngasi tau kalo gua uda datang. Tapi sayangnya saat itu
gua bukan cowok yang punya mental yang cukup kuat untuk melakukan itu. Namun
bukan “Galih Pranata Yudha” namanya kalo gak punya cara untuk ngasih tau
kedatangan gua.
Sampai di TKP, gua gak langsung berdiri manis didepan
rumahnya dan mengetok pintu. Gua punya cara lain yang lebih cemen untuk manggil
Anggil keluar dari kandangnya. Gua dan para bandit bersepeda ini berhenti
sekitar 20 meter dari rumah anggi. Dan langkah berikutnya yang gua ambil adalah
gua dan sepeda langsung mengambil ancang-ancang seakan mau balapan. Dan, 1,,,
2,,,3,, whhuuuuusss…
Dengan kecepatan penuh gua mengayuh, dan pada saat posisi
gua sejajar dengan rumah Anggi saat itu lah rencana gua berjalan.
“ANGGI… ANGGI… ANGGI !!!!!!”, teriak gua yang masih dalam
kecepatan tinggi melebihan kecepatan kentut.
Ya, itu lah siasat gua gimana memanggil Anggi keluar dari
kandangnya. Gimana ? keliatan cemen kan gua ? Galih gitu loh. *hal ini
sebenarnya bukan hal yang bisa dibanggakan*.
Rencana gua berhasil, Anggi keluar dari gerbang rumahnya
dengan keledai besinya. Saat itu Anggi menggunakan baju kuning dengan celana
pendek loreng-loreng. Namun bukan itu yang mencuri perhatian gua.
“pagi kalian”, Anggi menyapa kami yang menunggunya sedari
tadi.
“eh kampret, lo gak bisa sopan dikit apa, lo kira gua maling apa pakai diteriakin segala, lo kan bisa ngetok pintu”, dengan cemberut Anggi ngomelin gua, tapi tetap tak ketinggalan setelah itu dia kembali tersenyum.
“eh kampret, lo gak bisa sopan dikit apa, lo kira gua maling apa pakai diteriakin segala, lo kan bisa ngetok pintu”, dengan cemberut Anggi ngomelin gua, tapi tetap tak ketinggalan setelah itu dia kembali tersenyum.
Ya, itu lah yang tadi mencuri perhatian gua pagi ini. Dia
dengan kombinasi senyum manis gigi kelincinya benar-benar merupakan kombinasi
sempurna layaknya kombinasi MeJiKuHiBiNiU yang tergaris rapi dengan nama
pelangi dan menyegarkan layaknya embun pagi. Kali ini gua percaya dengan suatu
kepercayaan yang mengatakan bahwa wanita terlihat paling cantik saat dia baru
bangun tidur dipagi hari, dan Anggi membuktikan itu.
Pagi ini benar-benar indah. Selain karna gua bisa
menikmati kecantikan Anggi, tak sepertinya Anggi tak melakukan tindakan
penganiayaan batin ke gua. Yang ada hanyalah canda dan tawa yang saling kita
bagi bertiga, gua, Anggi dan para cecumuk ini. mungkin mengajak mereka memang
jadi jimat keberuntungan gua.
Awal yang manis tak selamanya menjamin kamu akan mendapat
happy ending. Ya setidaknya itu yang gua rasakan. Keberuntungan gua dengan
mengajak cecumuk ini memudar pada minggu ketiga kami gowes. Ya tepatnya saat
Husein mengajak salah satu temannya yang lain yaitu Darwin.
Darwin sendiri sebenarnya adalah adik kelas gua.
Akhir-akhir ini Darwin memang sering datang ke rumah Husein dan juga bergabung
di mabes kami. Kebetulan Darwin juga punya hobi yang sama dengan kami maka gak
sulit buat akrab dengan gua dan cecumuk ini.
Ya, di minggu ketiga seperti biasanya dari jarak 20 meter
gua mengayuh dengan kencang keledai besi gua sambil teriak “Anggi…Anggi…Anggi”.
Hingga minggu ketigapun gua masih malu buat ngetuk pintu rumahnya dan
sepertinya Anggi uda terbiasa dengan gonggongan minggu pagi dari gua. Dan
seperti gua bilang tadi gangster cecumuk ini bertambah 1 personil.
“Gi, kenalin ni ada anak baru”, gua nunjuk ke arah
Darwin.
“oh, hei gua Anggi”, tak ketinggalan senyum manisnya saat
dia mengenalkan diri.
“gua Darwin”, jawab Darwin singkat.
“tumben ni di geng kalian ada yang gantengan dikit”,
celoteh Anggi.
Pernyataan yang awalnya hanya gua anggap sebagai sebuah
candaan. Karena selama gowes tak ada sesuatu isyarat dan gua pun tak mencium
bau patah hati dari perkataan Anggi tadi dan tindak tanduknya selama gowes pagi
itu.
Namun semua prasangka baik gua itu berakhir di Sabtu pagi
di sekolah.
“Gi, besok masih mau gowes lagi ?” Tanya gua ke Anggi
saat gua papasan di kantin.
“boleh aja, oh ya jangan lupa Darwin di ajak lagi ya”,
sebuah permintaan yang mengejutkan dari Anggi.
Saat itu lah gua mulai mencium bau patah hati dan itu
baunya sangat pedih. Yang gua bisa lakukan adalah,
“ciiiiieeee !!! ada yang jatuh hati nih kayaknya”
Ya mungkin saat itu Anggi hanya melihat ada seorang teman
yang sedang usil menggodanya dengan kata “ciiiieee”. Namun yang tak dia lihat
adalah ada seorang pria yang sebentar lagi akan terluka dalam.
Bau patah hati semakin menyengat di sabtu malam saat
Anggi mendadak datang ke rumah gua. Kedatangan yang awalnya gua anggap sebagai
angin segar yang ternyata hanyalah sebuah badai patah hati yang dahsyat.
“ada angin apa nih tumben lo malam minggu datang ke rumah
gua ?”, Tanya gua sambil berharap dia akan ngajakin gua jalan.
“kepaksa nih, gua mau ngajakin lo jalan dan lo gak boleh
nolak”, jawaban Anggi benar-benar bikin gua senang
“hmm, gak usa malu-malu pake bilang kepaksa segala, gua
mau ko”, tentu saja gua gak akan nolak ajakan manis ini.
“ntar kita juga bareng Darwin”, tambah Anggi lagi
“Darwin ?”, gua mulai heran
“iya, soalnya gua ngomong sama nyokap gua kalo gua
bakalan jalan sama lo, kan bahaya kalo misalnya gua ketemu sama orang rumah gua
dan mereka liat gua malah jalan sama orang lain”, penjelasan Anggi yang bikin
gua mendadak sesak di dada.
“ok,
gak masalah “, Gua cuma bisa ngasih senyuman yang menunjukkan kalo gua
“baik-baik saja”.
Dan
akhirnya gua, Anggi, dan Darwin berangkat bareng ke salah satu yang lokasinya
berada dipinggir pantai.
*ahh, tunggu mungkin bukan itu kalimat yang
tepat melainkan “Anggi dan Darwin dengan gua dibelakang mereka menuju tempat
dimana mereka akan menikmati tiap deburan ombak dan berbagi hangatnya cahaya
bulan sedangkan gua adalah pohon kelapa”*
Ya,
disini gua hanyalah figuran. Jika diibaratkan seperti sinema laga Ind*siar,
Anggi dan Darwin adalah layaknya raja dan ratu yang hidup bahagia sedangkan gua
hanya kebagian peran sebagai rakyat jelatan yang hanya kebagian dialog “apa
kabar kisanak ?”.
Gua
yang malam ini sebenarnya hanya terpisahkan satu meja dengan Anggi merasa
seakan jarak kami membentang dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau
#nyanyi, *eh sori gagal focus*. Gua merasa ada sesuatu yang luas yang
memisahkan kami tanpa ada Sesutu yang bisa menghubungkan. Sebenarnya ada yang
bisa menghubungkan namun itu seakan sebuah jembatan setipis rambut layaknya sirotul mustaqim.
“Lih,
ayo kita pulang”, suara Anggi mengusik lamunan gua.
“oh,
uda selesai ? oke ayo pulang”, gua berdiri dan melangkah pergi.
Ya,
akhirnya malam yang penuh air mata disisi gua dan senyum bahagia untuk mereka
sudah berakhir. Malam ini gua uda jadi pria baik, pria baik yang mengantarkan
wanita yang disukainya ke pangkuan pria lain yang dicintai. Uda saatnya gua
istirahat, ucapkan selamat malam untuk bulan yang menikmati semua kesedihan
gua, ucapkan selamat malam untuk kamu, kamu yang hanya bisa dijamah lewat
mimpi.
***BERSAMBUNG***
***BERSAMBUNG***
Labels:
Cinta Tanpa Judul
Thanks for reading Cinta Tanpa Judul, Part 7. Please share...!
Pilihan katanya makin oke. Suka (y)
ReplyDeletehehe, mangnya kemarin2 kata2 pilihan ku gimana ?
Deletecrita yg menghibur :)
ReplyDeletewah nyesek juga ya..itu sakit na d <3 <<<<<<
d tunggu lanjutan na kk :)
makasi uda baca,
Deleteuda baca yg part sebelumnya ?
sekedar mampir saja.. salam kenal ya mas:)
ReplyDeletemakasih uda mampir :)
Delete