-->
Motivasi Menulis

Cinta Tanpa Judul, Part 8

Ini adalah lanjutan dari rangkaian cerita cinta gua, bukan cerita yg romantis layaknya dram korea bukan pula cerita sedih layaknya cerita "litre of tears". hanya sebuah cerita yang mungkin gak penting-penting amat, tapi cobalah untuk menikmatinya. cekidot. 


Bisa dibilang itu adalah terakhir kalinya gua dan Anggi bersama, terakhir kalinya gua liat 2 gigi serinya menyembul dari balik bibirnya yang sedikit melebar yang banyak orang mengatakan itu adalah senyuman. Darwin benar-benar telah mencuri Anggi.

            Bahkan saat disekolahpun radar gua tak mampu berjalan maksimal untuk menangkap kehadiran Anggi. Kalo dulunya gua selalu mencari cara untuk menjauhinya, sekarang gua selalu berharap bisa melihatnya bahkan jika itu hanya 1 hembusan nafas saja.

            Hingga pada saat hari terakhir ujian nasional SMP dimana Anggi adalah salah satu pesertanya. Seperti yang pernah gua bilang kalo Anggi adalah kakak kelas gua. Dan seperti biasanya disaat anak kelas 3 ujian, kelas 1 dan 2 dikasih tugas piket, dan hari ini adalah giliran kelas gua yang kebagian tugas. Ada rasa malas yang meraba karna liburan gua jadi terganggu namun ada rindu yang mencekam dan keinginan kuat untuk bertemu Anggi.

            Sengaja gua datang awal dengan harapan gak ketinggalan bisa ketemu Anggi. Tapi uda lebih dari 30 menit dan ujian uda mau dimulai, dari begitu banyak wajah yang melintas tak ada satupun wajah Anggi. Apa mungkin dia punya pintu doraemon yang mengarahkannya langsung ke kelasnya.

            Dari kesibukkan gua mengamati setiap wajah yang lewat, ada satu cewek yang ntah kenapa seakan terus memaksa mata gua untuk menoleh kearahnya. Yang gua tau dia bukan salah satu pejuang yang hari ini bertempur dalam medan ujian nasional,itu bisa dilihat dari pakaian yang dia gunakan dan saat ini dia lagi megang sapu yang nunjukin kalo dia lagi kena kewajiban piket, dan sepertinya dia adalah adik kelas gua mengingat wajahnya cukup asing untuk dibilang teman seangkatan.

            Ahh, sudahlah lupakan dia, mari kembali focus pada Anggi. Bahkan saat ujian uda dimulai dan temen-temen gua uda pada pulang, gua masih tetap setia, setia menunggu seseorang yang akan menyakiti lebih dalam. Sembari menunggu selesainya ujian gua duduk sendiri di kantin dan saat itu lah cewek itu kembali tertangkap mata gua.

            Cewek dengan perawakan mungil dengan kulit sedikit gelap yang membalut tubuhnya. Kalo gua liat-liat sih ni cewek cukup manis dan bikin betah liatnya. Tapi ya hanya sekedar lewat aja, tanpa ada tegur sapa dan saling tatap. Mungkin dia emang cukup dinikmati sekali aja.

            Dan akhirnya penantian gua gak sia-sia, karna saat jam ujian selesai gua bisa lagi liat dia dengan bibir yang terbuka yang banyak orang mengatakan kalo itu ketawa. Kesempatan uda ada tapi ntah kenapa berat buat gua terbangun dari posisi gua sekarang hanya untuk sekedar menyapa.

            Selintas dia sedikit melirik ke arah gua dan langsung berpaling lagi. Saat itulah gua bergerak berusaha mengejarnya sebelum gua benar-benar menandai dia dalam catatan masa muda gua yang tak tersampaikan.

            Namun secepat apapun gua melangkah, Anggi seakan berlari, dan kali ini gua benar-benar terlambat. Ya, sampai di gerbang sekolah gua liat dia langsung naik ke atas kuda besi, dan gua sangat mengenal siapa koboi yang menjemputnya, yes he is Darwin.

            Lagi, Anggi menoleh sesaat ke arah gua yang terlihat seakan manusia tanpa jiwa, terdiam, terjatuh, terluka, ya mungkin itu yang mengalir bersama aliran darah gua. Dalam benak gua, gua hanya bisa mengatakan “jika memang ini pertemuan terakhir kita bisakah kamu memberikan satu senyuman indah yang hanya kamu pemiliknya untuk seorang pria yang telah melewatkanmu”.

            Ya hanya itu yang bisa gua katakana itupun hanya dalam sunyi. Dan hasilnya tentu saja Anggi tak mendengar satu katapun terucap dari mulut gua. Begitupun Anggi, tanpa sepatah katapun dan tanpa senyuman dia memalingkan wajahnya meninggalkan dan benar-benar meninggalkan gua.

            Mungkin gua bisa menganggap itu sebagai tanda titk dalam tulisan tangan Tuhan dalam menulikan kisah kita yang berakhir dalam kata “sebatas teman”. Bahkan dalam ending ini gua tak sempat untuk menyampaikan sekedar ucapan terimakasih. Dan lewat tulisan ini gua akan menyampaikan sesuatu yang tak tersampaikan beberapa tahun silam.

            Hei, Anggi. Ingat malam dimana tak ada bintang, yang ada hanya rintik hujan ? saat itu lah pertama kali gua ngeliat lo, dan ingatkah saat itu wajah yang lo perlihatkan adalah wajah dengan aura ingin membunuh orang yang dihadapan lo. Ingatkah dengan semua panggilan “mesra” lo ke gua dan sebaliknya dan semua percakapan “manis” antara kita berdua dimalam itu.

            Ingat gak lo saat lantunan lagu indah dari mulut Duta Sheila On 7 ikut menemani kita yang berteduh dipayung yang sama ? kita saling melontarkan “pujian” dan malam itu benar-benar milik kita.

            Ingat gak lo saat di kantin sekolah, tangan kita saling bersentuhan diatas dompet yang jatuh, saat itu lo meneriaki gua copet dan nyaris membuat nama gua dapat tambahan “Alm”. Ingat gak lo saat fajar belum muncul, gua dan rombongan pengacau datang ke rumah lo hanya sekedar untuk menikmati setiap detik kemunculan matahari lewat kayuhan sepeda yang kita kayuh bersama.

            Lucu jika gua harus mengingat semua peristiwa indah itu. Dan nyatanya semua itulah yang membuat kita menjadi semakin dekat. Dari yang awalnya sebuah kertas kosong lalu berubah penuh dengan coretan gak penting dan kita mengubahnya menjadi sebuah puisi sebelum akhirnya kertas itu remuk dan hilang.

            Ya, malam dimana bulan bersinar dengan terangnya dan angin malam ditemani ombak menjadi senandung indah yang menemani ku menggores sendiri luka itu kala aku hadir dalam kencan pertama mu dengan dia yang baru masuk dalam hidup kita.

            Salah ku yang mengajak dia di awal fajar itu, salah ku yang mengenalkan mu dengan dia. Seperti banyak orang bilang, “bukan perpisahan yang ku tangisi tapi pertemuan yang ku sesali”. Ya mempertemukan mu dengan dia adalah kesalahan terburuk yang pernah ku lakukan.

            Hei, Anggi. Terimakasih untuk pertemuan itu, terimakasih untuk semua ejekan itu dan saat ini aku benar-benar merindukan itu, terimakasih untuk hari dimana kita menikmati pagi bersama, terimakasih untuk malam dimana aku menggoreskan luka ku sendiri, terimakasih telah mengizinkan aku menikmati senyum mu, terimakasih untuk mu wanita masa muda ku yang terlewatkan.


Perhatian : jika kalian menemukan kata dengan tulisan miring, itu artinya kata itu bermakna kebalikan.

***Bersambung***
Labels: Cinta Tanpa Judul

Thanks for reading Cinta Tanpa Judul, Part 8. Please share...!

0 Komentar untuk "Cinta Tanpa Judul, Part 8"

Back To Top