-->
Motivasi Menulis

Poelang Kampoeng

Selamat pagi, sore ataupun malam, tergantung dizona apa kalian berada. Dan seperti biasa semoga saja gak berada di zona patah hati semisal friendzone atau kakak adek zone. Kali ini postingan gua akan bercerita tentang perjalanan gua pulang kampong dari Semarang ke Belitung. Buat kalian yang belum tau, gua asalnya dari Belitung (setidaknya itu yang tertera di KTP), kalo kalian gak tau Belitung itu dimana, itu loh tempatnya “Laskar Pelangi”, tapi gua bukan Harun loh, hehe. Oke mending langsung aja masuk ke ceritanya. Cekidot…..



Libur tlah tiba libur tlah tiba, horrreee… itu lah sedikit lirik lagu yang popular saat musim liburan tiba. Sebenarnya masa liburan kampus gua mulainya agak telat tapi masuknya malah lebi cepat. Gua Cuma punya waktu libur 459 jam (hampir 3 minggu). Ya lumayan la buat sedikit merefresh otak yang mulai jenuh dengan kehidupan kota Semarang dan juga sedikit istirahat dari usaha ku mengejar mu yang terus menjauh.

Perjalanan gua di mulai pada Rabu 27 Januari 2016. Seperti biasa gua kalo pulang pasti lewat jalur udara, ngambil simpelnya aja sih. Sehari sebelum pulang, gua nginep dulu di tempat teman gua, ya buat nitip motor sekalian minta anterin ke Bandara, ya lumayan biar hemat daripada harus naik taksi atau ojek online.

Dan pukul 04.55 WIS (Waktu Indonesia Semarang) gua bareng temen gua berangkat dari gunungpati yang jaraknya sekitar 30 menit ke Bandara International Achmad Yani. Penerbangan gua sendiri sebenarnya jam 06.10 WIS. Sampe di Bandara gua n temen gua gak markirin motor di tempat seharusnya tapi di tempat biasa penumpang akan berangkat. Sebenarnya sih di situ uda ada rambu dilarang parkir (maafin kesalahan gua ya gaes).

Dan karna posisi parkir yang salah, tak lama kemudian muncul ntah darimana datangnya polisi bandara berjalan berniat menghampiri. Melihat semakin mendekatnya polisi tadi, temen gua pun langsung tancap gas daripada ntar malah kenapa-kenapa. Gua pun langsung masuk buat check in.

Sebelum masuk ke bagian pemeriksaan metal detector gua sempat ngelirik ke kaca loket yang memang berjejer disana, di situ terlihat bayang-bayang orang yg sedang make helm, bayangannya agak gak jelas karna memang kacanya warna hitam. Melihat itu dalam hati gua bilang “katrok banget ni orang mau naik pesawat malah make helm, takut ketilang kali ya, wkwk”.

Sampai saat giliran gua buat masukin barang gua ke alat pemeriksaan dan petugas bandara bilang, “maaf mas, helmnya tolong dicopot sekalian”. Dan terjawab sudah siapa sosok katrok di balik bayang-bayang kaca, dan ternyata itu adalah gua. Gua baru inget bahwa tadi gua lupa nitipin helm gua pas temen gua uda duluan kabur karna ada polisi. Sial banget ni, pagi-pagi uda malu-maluin diri sendiri. Tapi ya sudah lah, dengan malu-maluin diri sendiri setidaknya gua punya cerita yang bisa gua share ke kalian.

Selepas dari peristiwa memalukan, tiba lah saatnya gua naik ke pesawat dan doa gua setiap kali naik pesawat adalah semoga gua duduk di sebelah cewek muda yang cantik dengan wewangian parfum yang menggoda sehingga perjalananku akan sangat menyenangkan. Dan Alhamdulillah doa gua di dengar oleh yang Maha Kuasa walaupun ada sedikit kesalahan disini.

Ya, sesuai dengan doa gua tadi, gua memang duduk di samping cewek, tapi sayangnya cewek disini adalah cewek yang gua kira-kira uda berusia 70 taunan, dan bukan dengan wewangia yang menggoda tapi dengan bau minyak angin yang cukup menyengat. Si cewek ini atau gua sebut aja si nenek ini datang dengan anaknya yang kayaknya berusia 40 taunan. Posisi duduk saat itu adalah gua berada di sisi dekat kaca, si nenek berada di tengah dan anaknya berada di sisi luar.

Ya sudahlah, mungkin lain kali gua akan lebih beruntung. Seperti biasanya tiap kali naik pesawat dari mulai duduk sampai dengan mendarat lagi gua selalu tidur, dan kali ini pun begitu. Saat pesawat mulai bergerak gua langsung ambil posisi duduk senyaman mungkin dan merem. Saat posisi pesawat mulai kerasa agak naik terasa sesuatu yang beda. Sesuatu itu seperti benda kasar dan berdebu menggerayangi tanganku. Sesaat gua piker mungkin gua uda tertidur dan saat ini sedang bermimpi berada dalam sebuah goa yang penuh dengan sarang laba-laba. Namun lama kelamaan sesuatu itu semakin mencengkram kuat tanganku dan gua mulai tersadar kalo itu bukan lah mimpi hingga memutuskan untuk membuka mata gua untuk mengetahui sebenarnya apa yang sedang terjadi. Dan betapa kagetnya gua ternyata tangan gua sedang di genggam oleh nenek tadi.

Ya ternyata sesuatu yang kasar dan berdebu itu adalah tangan si nenek yang sepertinya ketakutan saat take-off. Yang lebih ngeri lagi adalah saat gua melihat ke arah anaknya, tatapan yang tajam seakan ingin menyampurkan sianida ke minuman gua. Ya tatapan itu seakan mengatakan “mau kau apakan ibu ku, apakah kau berniat untuk mendekatinya lalu mengincar warisannya?”. Dan gua dengan tatapan menyedihkan ingin menjawabnya dengan “aku tidak ada hubungan apa-apa dengan ibu mu, ini semua terjadi tanpa aku sadari, tolong percaya lah pada ku dan bantu aku keluar dari situasi mengerikan ini”.

Untungnya kejadian itu cepat berlalu seiring dengan posisi pesawat yang mullai terbang dengan nyaman. Dan saat pesawat akan landing, gua uda jaga-jaga dengan menjauhkan tangan gua dari jangkauan nenek tadi.

Alhamdulillah di luar dua peristiwa tadi perjalanan gua dari Semarang ke Belitung berjalan mulus. Itu tadi pengalaman gua yang bisa gua share ke kalian. Memang cerita ini gak ada manfaatnya sama sekali tapi semoga ini bisa sedikit menghibur kalian walau mungkin masih garing. Sampai ketemu lagi di postingan gua selanjutnya. Terimakasih.


Labels: goresanku

Thanks for reading Poelang Kampoeng. Please share...!

2 comments on Poelang Kampoeng

Back To Top