Ini adalah lanjutan dari rangkaian cerung yang bercerita tentang perjalanan menemukan akhir dari cinta monyet. buat kalian yang belum baca cerita sebelumnya, bisa baca disini
Tak
gua sangka, ternyata perjalanan sakura itu adalah perjalanan indah terakhir
yang gua jalanin bareng Airin. Bukan karna dia gak mau nerima ajakan gua atau
ada cowok kupret lain yang mengajaknya pulang bareng, melainkan karna Airin
hilang dari kelas ini.
Ya,
bau dari “bleeding Heart” sudah tak tercium lagi disini. Dan mulai saat itu,
tempat ini kembali berubah jadi “Dead Vlei”. Ketidak hadiran Airin bikin gua
gak punya magnet lagi untuk hadir di kelas ini.
Gua
mulai sering bolos. Selain karena satu-satunya tali penahan leher gua untuk
tetap di kelas ini uda gak tau kemana, bisikan setan dari Deni sang pengrusak
jadi salah satu penyebab gua sering bolos. Gua yang awalnya selalu dianter
bokap kalo berangkat les, sekarang lebih memilih menggunakan kembali keledai
besi (dibaca : sepeda butut) yang lama tak tersentuh di kandangnya. Tentu saja
hal ini gua pilih untuk memudahkan gua menjalankan rencana picik Deni untuk
bolos.
Satu-satunya
tempat gua bolos adalah rumah Andra, salah satu sahabat gua yang gua kenal
sejak masuk SMP. Seorang bocah lugu yang telah salah memilih kami sebagai
temannya, kami disini adalah gua, Deni, Riko, dan Akbar, 4 perjaka yang masuk
kategori pecundang cinta abad 20. Akbar sendiri adalah temen yang uda gua kenal
sejak SD, ya kita berasal dari habitat yang sama, alias dari desa yang sama.
Dan bisa dibilang kami berempat tinggal cukup berdekatan.
Mengenai
kisah cinta kami berempat, tentu saja gua yang paling perih bin miris. Berbeda
dengan 4 sahabat gua yang lain yang walaupun mereka masih lajang, mereka punya
sedikit dewi fortuna untuk masalah cinta. Ahh, mungkin Akbar sedikit memiliki
nasib yang sama dengan gua.
Ya,
gua ingat saat Akbar pertama kalinya menemukan monyet betina yang
bergelantungan di pikirannya. Kelas 1 SMP, monyet betina itu berada dikelas
yang sama dengan kami, namanya Rosa. Ya, bisa dibilang dia lah cewek pertama
yang bisa membuat Akbar seperti zombie cinta, yang ada dipikirannya hanyalah
Rosa.
Namun
sayang, sepertinya kesialan cinta gua menular ke Akbar. Rosa, cewek anggun, dan
salah satu primadona di sekolah ini, mengacuhkan pisang (dibaca : cinta) yang
diberikan oleh Akbar. Maafkan gua Bar.
Tapi
ada hal yang gua puji dari Akbar, dia pantang menyerah untuk meraih cinta Rosa.
Ahh, mungkin yang pertama adalah meraih perhatian Rosa lebih dulu, karna selama
ini Rosa enggan mengarahkan pandangannya ke Akbar, atau mungkin ke arah kami
berempat, dalam hal ini Andra gak termasuk di dalamnya. Mungkin dalam pandangan
Rosa, kami ini mengidap penyakit gagal cinta complicated yang bahaya jika
didekati.
Perbedaan
mencolok dalam hal kemampuan otak menyerap pelajaran mungkin jadi aspek yang
memisahkan antara kami dan Rosa. Mungkin hanya Deni dan Andra yang masih bisa
dibanggakan diantara kami. Ya, penjahat tengik ini memang memiliki otak yang
cukup cerdas. Setidaknya itu dibuktikan dengan dia jadi juara 2 di kelas di
bawah Rosa. Lalu bagaimana dengan Gua, Riko dan Akbar ? ah sepertinya gua gak
perlu jelasin lagi bagaimana bobroknya otak kami yang berpengaruh pada
prestasi.
Balik
lagi ke perjuangan Akbar. Di suatu minggu siang dimana matahari sedang
bergairah memancarkan panasnya, gua, Riko, Deni, Akbar, baru aja selesai dengan
ekstrakulikuler Imtaq (iman & taqwa), ya waktu SMP bisa dibilang gua cukup
sholeh. Suasana panas ini bikin kita males untuk pulang, apalagi kita kesini
hanya mengandalkan keledai besi.
“hei,
ayo bangun, gua ada rencana”,
Tiba-tiba
akbar membangunkan kami yang sedang asiknya tiduran.
“alah,
napa si lo, ganggu orang lagi enakan tidur”
Gua,
Deni, dan Riko menggerutu karna kenikmatan yang terganggu.
“ayo
ikut gua, gua mau nyari rumah Rosa, gua punya alamatnya tapi gua ”
Akbar
menyampaikan alas an kenapa dia membangunkan macan pemalas ini.
“gila
apa panas-panas gini lo mau ngajakin kita nyari sesuatu yang lo sendiri gak tau
dimana”,
Deni
mewakili suata gua dan Riko yang menolak rencana keji Akbar.
“gua
kasih lo semua 5000 dah”
Akbar
memberikan sedikit tawaran, dan hasilnya …
“ayo
berangkat”
Tanpa
komando, gua, Deni, dan Riko langsung bangun dari kenyamanan menuju penyiksaan
matahari. Apa boleh buat, godaan uang bener-bener mengikis iman kami. Saat itu
uang 5000 emang nilai yang cukup gede, uang saku gua aja Cuma 10000 per
minggunya.
Sekitar
30 menit perjalanan menunggangi sepeda, kami akhirnya sampai di alamat yang
dimaksud. Sekarang tinggal nyari yang mana istana yang menyembunyikan
kecantikan Rosa.
“rumahnya
yang mana Bar ?”
Riko
memecah kebisuan kami yang bingung dan lelah mencari istana Rosa.
“katanya
sih yang didepannya ada pohon jambu gitu”, jawab Akbar
“hmmm,
kayaknya itu deh Bar, tu ada pohon jambunya”
Teriak
gua sambila nunjuk satu-satunya rumah yang didepannya ada pohon jambu.
“oh
jadi itu ya, ya uda ayo pulang”, respon Akbar menanggapi penemuan gua.
“pulang
? pulang gimana maksdunya ?”, Gua kaget dengan respon Akbar tadi
“ya
pulang ke rumah, mau ngapain lagi emangnya ?”, dengan datarnya Akbar menjawab
pertanyaan gua.
“jadi
kita jauh-jauh kesini cuman buat ngeliatin rumah yang ada pohon jambunya doank
?”,
Gua
masih agak gak percaya, perjalanan menembus teriknya matahari hanya berakhir
dengan memandangi pohon jambu di depan rumah warna putih. Kalo bukan karna uang
5000,uda gua jitak habis-habisan ni anak kampret.
Ya,
sebuah perjalanan yang dulunya gua anggap sebagai suatu perjuangan yang
sia-sia. Namun saat ini gua tau itu adalah suatu mental seorang pecinta yang
mengambil sikap cukup tau aja, dan itu akan membuatmu bahagia. Setidaknya itu
yang gua pelajari dari seorang Akbar. Terkadang rasa ingin tau yang
tersampaikan akan lebih memuaskan mu daripada sebuah pertemuan dengan dia yang
mengabaikan cintamu. Thanks bro.
Sejenak
meninggalkan kepiluan Akbar. Kita menuju mereka yang tergolong kebal dari virus
gagal cinta, yaitu Deni, Riko, dan Andra. Akan gua buka dengan pria pembawa
pengaruh buruk dalam hidup gua, Deni.
Tak
banyak kisah cinta yang tertulis dalam buku takdir anak yang satu ini. tapi ada
satu peristiwa yang gua ingat. Saat itu kelas 1 SMP, dan saat itu gua masih
bergelantungan di pohon asmara dengan cinta monyet gua, Tari. Kedekatan gua
dengan Tari tentunya juga berdampak dengan kedekatan temen-temen gua dan
temen-temen Tari.
Hal
itu kayaknya membawa dampak positif buat Deni dan Riko. Mereka kecipratan cinta
dari para ladies. Deni pernah punya kisah dengan Meri, salah satu personil geng
Tari. Gua inget banget hari dimana Deni merayakan ulang tahunnya, Andra
menghampiri Gua, Riko, Akbar, dan Deni Tentunya yang sedang asik membicarakan
masalah Negara, ya ela gaya banget padahal aslinya lagi ngomongin biduan yang
manggung semalam gak jau dari rumah gua.
“Den,
ni ada yang nitip sesuatu buat lo”, Andra tiba-tiba nongol dengan sebuah kertas
hello kitty yang membungkus sebuah kotak, dan gua tau pasti itu adalah kado.
Gila
ni anak, ada juga yang ngasih dia kado. Gua aja sepanjang 12 taun hidup gua gak
pernah ada yang ngasih kado apa pun. Tapi, tunggu dulu, dalam rangka apa ini
Deni mendapat kado, seinget gua Halloween uda lewat (saat itu gua emang gak tau
kalo hari itu adalah ultah Deni, ah temen macam apa gua ini).
“dari
siapa tu dra ?”, Deni mengambil bungkusan yang dititipkan ke Andra itu.
“liat
aja dulu, ntar juga tau sendiri”, jawab Andra yang semakin bikin penasaran.
Tak
sampai 5 detik, si hello kitty yang tadi membungkus sebuah kotak dengan rapi
kini sudah tak beraturan lagi, tersobek oleh tangan-tangan kotor pecundang.
“Dear Deni, mungkin hadiah ini gak punya artinya dan tak cukup besar untuk menggambarkan rasa cinta ku kepadamu”
From
: Meri
Busseettt
dah, ternyata yang ngasi kado buat Deni tu Meri. Wuiih bakalan ada yang nyusul
gua ni kayaknya. Setidaknya itu hipotesis awal yang gua ambil dalam kondisi
ini. Namun tak disangka Deni malah membantah hipotesis gua. Dia melakukan
tindakan yang justru diluar perkiraan gua.
“balikin
aja ke dia hadiah ini, tolong bilangin ke Meri, gua gak bisa nerima ini dan
cintanya”, pesan Deni ke Andra sambil mengembalikan hadiah itu ke Andra.
Gila,
Deni bener-bener menolak cinta seorang gadis yang bisa gua bilang gak
jelek-jelek amat untuk mendampingi anak ingusan ini. Saat itu gua melihat
seorang Deni menjadi benar-benar jantan untuk melakukan itu. Gua bayangin
seandainya gua yang berada dalam posisi itu, walaupun gua gak punya otak, gua
pasti akan nerimanya dengan senang hati *tipe cowok gampangan*.
Disaat
gua lebih sering tergores luka oleh cinta, Deni yang notabene selalu bareng gua
ternyata tak terkena virus gagal cinta seperti halnya Akbar. Dan masih ada 1
orang lagi yang mungkin sewaktu kecilnya di beri imunisasi Lovisius (sejenis
imunisasi yang membuat anak anda terbebas dari resiko penyakit gagal cinta),
yaitu Riko.
Sama
dengan Deni, cewek yang jatuh hati pada cowok yang unggul memenangkan hati Era
Sananta dan mengalahkan temannya ini, juga berasal dari genggers Tari. Santi,
cewek yang sebenarnya uda gua dan Riko kenal sejak SD, ya karna kami emang dari
sekolah dan kelas yang sama ditambah rumah kami bertiga berdekatan. Faktor uda
lama kenal ini mungkin yang bikin Santi kesemsem dengan Riko. Seperti pepatah
orang jawa, “witing tresno jalaran mergo ra ono sing liyo”, eh benar gak itu ya
?
Di
suatu malam, dengan sebuah alasan kerja kelompok (ni alasan yang selalu gua
bilang ke ortu gua), gua dan Riko nimburung ke genggers Tari, ya selain ada
maksud gua emang mau ketemu sama Tari si. ¾ jalannya nimbrung ni, kayaknya gak
ada sesuatu yang aneh sih. Hingga pada suatu menit, Gita, salah satu personil
genggers memanggil Riko dan mengajaknya untuk sedikit menjauh dari kumpulan
ini.
Ya,
sepertinya mereka akan membicarakan sesuatu yang sedikit pribadi. Gua pun
mengikuti Riko yang datang ke Gita.
“kenapa
Git ?”, Tanya Riko yang gak punya firasat apa-apa.
“ada
sesuatu yang pengen gua omongin ke lo, ini soal Santi. Ya mungkin slama ini lo
gak sadar atau gimana, tapi sebenarnya Santi punya rasa ke lo, dia suka sama
lo”,
“ah
yang bener aja lo ?”, Riko masih dengan ekspresi yang datar
Mungkin
Cuma gua yang shock dalam kasus ini. Dan tak lama, Santipun mendekat dan
langsung menyambung dalam perbincangan ini dengan mengiyakan apa yang tadi di
omongin Gita.
“apa
yang dibilang Gita tu bener, gua emang suka sama lo, mungkin lo mikir ini aneh,
tapi gua gak bisa bohong kalo gua suka sama lo, dan gua pengen kita bisa
menjalani hubungan lebih dari sekedar teman biasa”, Sinta menyatakan
perasaannya langsung ke Riko.
Wow,
temen gua yang satu ini ternyata punya sesuatu yang bisa bikin cewek jatuh
hatinya. Setelah Era, kali ini dia bisa bikin Santi mengatakan sesuatu yang
sebenarnya tak lazim dimana justru cewek yang mengungkapkan lebih dulu. Mungkin
hal buruk dari gua yang tertular ke Riko dan Deni adalah, kebiasaan dimana kita
gak pernah mulai duluan, selalu cewek yang mengambil inisiatid menyerang,
seperti halnya saat gua berkenalan dengan “Bleeding Heart” Airin.
“maaf,
untuk saat ini gua gak bisa nerima cinta lo San, gua Cuma lum siap untuk
pacaran, gua lebih nyaman kalo kita temenan aja”, pernyataan diplomatis Riko
menjawab pertanyaan Santi.
Untuk
kedua kalinya dalam waktu yang berdekatan, gua ngeliat temen-temen gua begitu
coolnya menolak cinta seorang gadis. Dan seperti biasanya, jika gua yang ada
diposisi itu, gua pasti akan mengiyakan apa yang di inginkan Santi. Masih ada 1
hal yang gua bingung, sebenarnya peran gua dalam kondisi tadi itu apa ?
Deni
dan Riko memiliki nasib yang berbeda dengan gua dan Akbar. Tapi masih ada 1
nama lagi yang akan berkutat dengan masalah cinta monyet. Ya, dia adalah Andra,
anak polos bin lugu yang terjerumus dalam pertemanan yang menyesatkan dengan
kami.
Berbeda
dengan kami berempat, cewek yang ternyata menyimpan rasa dengan Andra bukan
berasal dari genggers Tari, melainkan dari adik kelas. Itu artinya saat itu
kami uda ada di kelas 2, dan itu juga berarti hubungan gua dengan Tari hanya
tinggal cerita.
Sebenarnya
gua gak heran kalo emang ada cewek yang naksir sama Andra. Ya, faktor baby face
dan kecemerlangan otaknya tentu aja bikin cewek klepek-klepek. Andra adalah
satu-satunya kebaikan yang bikin cewek-cewek lain melihat positif ke arah kami.
Di
kelas 2 sebenarnya merupakan masa reses bagi perjalanan cinta temen-temen gua
ini, gua gak termasuk di dalamnya, karna saat itu gua sedang mendekati Airin.
dan ternyata Andar mengikuti jejak gua, hanya bedanya disini Andar yang di
dekati cewek.
Ayu,
anak kelas 1 yang bisa dibilang lumayan cantik dan cukup popular saat itu di
kalangan cowok, mencoba menambatkan hatinya pada si baby face Andra. Sebuah
awal kisah yang bisa dibilang sama dengan kisah Deni saat Meri mengajukan
proposal cintanya dengan membawa kado sebagai gratifikasinya, begitu pula
dengan kisah pada Andra.
Di
pagi hari yang membosankan, tiba-tiba seorang anak perempuan masuk ke kelas gua
dan mendekat ke gerombolan gua, suatu hal yang sangat jarang terjadi kecuali
saat Witri si bendahara kelas menagih uang kas. Untuk kali ini tidak, anak
perempuan itu adalah Ayu, adik kelas gua yang memiliki wajah cantik, imut dan
sedikit menggairahkan (kata terakhir harap diabaikan).
“Andra,
bisa ngomong bentar gak ?”, Ayu memanggil salah satu dari kami.
Ahh,
sayangnya itu bukan gua. Andra pun menghampiri panggilan itu. Ayu langsung
memberikan sebuah kotak kecil yang dibalut Hello Kitty (again) yang daritadi
disembunyikan di balik badan mungilnya. Dan sesaat setelah memberikan itu, Ayu
langsung pergi tanpa bilang apa-apa, mungkin setidaknya dia say goodbye dulu ke
gua.
Melihat
Andra mendapatkan sesuatu, langsung saja gua dan 3 cecumuk lainnya mendekat.
“ciiiee,
ada yang dapet hadiah ni, di buka donk hadiahnya”, Akbar mencoba menggoda Andra
yang sepertinya masih bingung dengan apa yang baru saja dia terima.
Karna
Andra enggan membuka kado tersebut, Hello Kitty itupun kembali terkoyak oleh
tangan-tangan kotor cecumuk-cecumuk memuakkan. Dan lagi sebuah surat terselip
di dalamnya bersama sebuah peci yang merupakan isi dari kado itu.
“dear
andra, maaf sebelumnya mungkin aku uda langcang. Tapi aku Cuma ingin mengatakan
sesuatu yang uda aku pendam dari awal aku ketemu kamu di sekolah ini. mungkin
hadiah ini bisa kamu terima sekaligus juga menerima pernyataan cintaku.
Dari
yang selalu mengharapkanmu, Ayu”
Oh,
ternyata Ayu datang untuk menyatakan cintanya. Namun sayangnya apa yang Andra
lakukan setelah membaca surat itu adalah sesuatu yang tak terduga, dia justru
membuang surat dan peci itu tadi ke kotak sampah. Gua anggap apa yang dilakukan
Andra adalah suatu pernyataan penolakan cinta. Melihat kejadian itu, gua dan
lainnya berlarian ke kotak sampah untuk ngambil peci itu, sayangnya yang
mendapatkan peci itu adalah Deni.
Dan
saat istirahat pelajaran, Deni dengan santainya memakai peci yang seharusnya
ada di kepala Andra. Dan saat di kantin, Ayu dihadapkan pada keadaan itu.
Keadaan yang menjelaskan bahwa cintanya telah ditolak oleh si baby face yang
ditadai dengan rupa pemakai peci yang bisa dibilang babi face.
Ya,
suatu gerombolan yang diisi 4 cecumuk dan 1 bayi ini memang punya kisahnya
sendiri-sendiri dalam cinta. Tuhan sudah punya aktor-aktor yang akan dilibatkan
dalam setiap skenario cinta hambanya. Mungkin saat ini gua sedang berada dalam
skenario dimana gua harus banyak bersabar hingga suatu saat gua akan memasuki
suatu bagian yang hanya ada senyuman kebahagiaan di setiap detiknya. Semoga.
*bersambung*
*bersambung*
Labels:
Cinta Tanpa Judul
Thanks for reading Cinta Tanpa Judul, Part 4. Please share...!
kalo aku boleh jujurr yaa mas...yang part 1 dan 2 itu..sumpah bikin ngakak..ketawa" sendiri pas baca nya..tapi..part 3 biasa aja -_- dan yang ini..lumayan lebih lucu dari pada yg ke 3..haduhh..maaf yaa maaf..saya gak bermaksud apa"..saya cuman kasih tau yg saya rasain abis baca..maaf yaa..maaf
ReplyDeletegak apa2 gan, itu bisa jadi masukan buat ane bikin cerita selanjutnya.
Deleteuda baca yg part 5 ?
mmm what a gift from meri to deni,btw?
ReplyDelete