-->
Motivasi Menulis

Cinta Tanpa Judul Part 5

Ini adalah bagian kelima dari perjalanan hidup gua yang coba gua tuliskan dan gua bagi bersama kalian. Buat kalian yang belum membaca kisah sebelumnya bisa di baca disini.
ni foto nemu di cryptanth.deviantart.com

Menjalani hari-hari bersama cecumuk ini memang sama menyedihkannya dengan kisah cinta monyet gua. Walaupun tetap saja selalu ada yang bisa kami tertawakan bersama disaat penderitaan terus menjamah hidup kami.

Ada satu kisah gadis kupret yang mewarnai hidupku di sela-sela kisah antara Tari dan Airin. Seorang gadis yang secara langcang masuk dalam hidup gua yang baru saja ditinggalkan atau mungkin meninggalkan Tari. Ya, seorang gadis yang jauh lebih tengik dari Tari namun berhasil memberikan kesan mendalam dan membuat gua memiliki tipe wanita idaman.

Semuanya berawal disuatu tanggal dimana saat itu ada konser dari band favorit bokap gua (ciie bokap gua ternyata punya band favorit) Sheila On 7 di Stadion di kota gua. Bokap gua yang selama ini gua kira gak tertarik dengan hal-hal seperti ini ternyata uda nyiapin tiket buat keluarga kecil ini nonton.

Senja jelang malam, saat langit sedang memerah merona, gua dan keluarga gua berangkat. Ada sesuatu yang berbeda, ditengah-tengah perjalanan bokap gua malah berbelok ke suatu gang, padahal itu bukanlah jalan menuju konser.

Oh, ternyata mobil kita berhenti disebuah rumah. Sepertinya ada personil tambahan dalam rombongan ini. Dan benar saja, ada 2 orang yang keluar dari rumah itu.

“greeek” pintu mobil gua dibuka dan mereka berdua masuk.

Yang pertama masuk adalah cewek yang umurnya kira-kira sama dengan gua, dengan rambut pajak berwajah putih (jangan dibaca kuntilanak). Hei, kayaknya gua kenal sosok gadis ini. Sebelum gua menebak sosok itu, cewek itu mendadak menatap mata gua, oh shiiit wajahnya seakan mengancam dan berkata “apa lo liat-liat ? mau mati muda lo ?”. dibelakangnya masih ada 1 cewek lagi dan itu adalah ibunya. Oke, 2 personil bertambah dan perjalanan dilanjutkan.

Sampai di TKP. Dan saat gua turun dari mobil, semakin jelas la sosok cewek yang ikut rombongan gua. Ya, dia adalah kakak kelas gua, tapi “uupps” gua sedikit kaget dengan penampilannya, dia menggunakan baju terusan dengan motif bunga, terlihat sangat anggun.

            “hei, kenapa lo liatin gua sambil senyum-senyum ?, naksir lo ?”, ahh suara cewek ini menghentikan lamunanku.
“ahh, gak napa-napa, Cuma agak heran aja sama penampilan lo”, gua coba merespon seadanya.
Hmm, siapa coba yang gak heran. Dia yang notabene kakak kelas gua ini, kalo disekolah penampilannya agak urakan, bahkan cenderung mirip preman. Dan malam ini gua liat dia dengan pakaian motif bunga. Sungguh sesuatu yang kontras.
“apanya yang aneh ? yang gua tau si gua pasti tambah cantik, iya kan ?”, dengan sedikit menyobongkan diri,
“iya sih lo cantik, dan baru mala mini gua yakin kalo lo itu bener-bener cewek, haha”, canda gua
Tapi,
“prak !!! kampret ni anak”, dengan santainya dia ngejitak kepala gua.

Itu merubah pandangan gua, dan ok fix dia memang bukan cewek. Tenaganya uda kayak cowok. Tapi lepas dari sakitnya kepala gua yang sakit diserang oleh “cowok” yang berkamuflase menjadi cewek mengerikan, sebenarnya dia cewek yang cantik dan langsung mampu bikin hati gua kesambet, ahh gua emang terlalu gampang jatuh hati bahkan pada orang yang terlalu naïf disebut cewek. Dan sebenarnya gua gak tau nama dia siapa.

Masuk ke TKP, gua dan keluarga gua juga 2 personil tambahan tadi duduk di tribun penonton. Saat itu yang tampil masih band-band local.

“kalian gak turun aja nonton dilapangan”, bokap gua nyuruh gua dan cewek gorila ini untuk turun ke lapangan dan nonton lebih dekat.
“gimana mau turun gak ?” ajak gua ke cewek itu
“ayo”, sambil dia narik tangan gua.

Zzzeerrrr, darah gua mendesir saat dia megang tangan gua. Jujur saja walaupun gua uda pernah punya pacar, tapi gua belum pernah pegangan tangan (sepertinya gua semakin terlihat culun). Ya saat gua pacaran dengan Tari, gua gak pernah sekalipun megang tangan dia kecuali saat salaman buat lebaran. Gua diajarkan kalo menyentuh wanita yang bukan muhrim adalah dosa, tapi untuk malam ini “emm dosa itu apa ya ?” (mendadak lupa)

“ehh tunggu, ini bawa payung, kayaknya ntar mau hujan”, ibunya cewek ini memberikan paying buat kami.
“terimakasih tante”, gua ngambil payung yang dikasih tadi

15 menit gua bareng dia ditengah lapangan dalam lautan manusia yang larut dalam alunan lagu para band pembuka. Dan selama itu pula tak ada satu kata pun yang meluncur dari mulut gua apalagi dia.

“emm, lagunya asik ya”, gua coba memecah kesunyian diatara gua dan cewek ini.
“basa-basi lo gak asik”, balesnya

Kampret ni cewek, gak menghargai banget usaha gua buat mencairkan suasana. Walaupun harus gua akuin kalo kata-kata gua barusan bener-bener nggak banget deh.

“eh, gua lum tau nama lo siapa ni ?” gua coba mencari bahasan baru.
“napa lo nanya nama gua ? eeitts, jangan-jangan lo beneran uda naksir gua”, lagi responnya bener-bener memuakkan.

Bener-bener dah ni cewek, gak ada apa kata-kata lembut yang bisa keluar dari mulutnya. Wajahnya sih cantik tapi mulutnya itu loh, pengen gua cangkul ni lapangan saking kesalnya gua sama ni cewek.

Ya, setelah itu taka a lagi percakapan yang gua mulai. Gua uda putus asa ngadepin ni gorilla. Malam ini harusnya bisa jadi malam yang sangat indah, suasana nonten konser bersama dengan seorang wanita, ahh impian tinggal lah impian. Ini menjadi seperti gua bersama beruang kutub, terlihat lucu namun ganas men.

“gua Anggi”,
Emm oh ternyata itu suara dari cewek disamping gua ini. dia mengenalkan dirinya, akhirnya.
“oh, gua….”
“gak usa repot-repot, gua tau lo Galih kan ?”,
“ciie, lo ko’ bisa tau nama gua ? jangan-jangan lo yang naksir gua ?” gua coba melemparkan candaan.
“siapa juga yang gak kenal cowok culun bin cengeng kayak lo”,

Kampret again, ni cewek bisa gak sih ngomong manis dikit. Nyokapnya ngidam cabe kali ya, anaknya ko’ bisa pedes gini. Untung aja ni anak cakep. Coba aja ni anak tu lembut layaknya Airin, uda gua pacarin pasti (kalo dianya mau, sepertinya mustahil).

Dan hingga akhirnya yang dinanti-nanti muncul juga. Sheila On 7 membuka malam ini dengan “Pria Kesepian”. Ahh, benar-benar mengerti apa yang sedang gua rasakan saat ini. Dan seiring alunan music dari Duta cs, hujan tak mau kalah untuk memeriahkan mala mini. Ya, sesuai yang dengan yang diperkirakan bahwa hujan akan turun seperti yang dikatakan tante Dwi. Untung aja kita uda sedia payung sebelum hujan.

Music yang menghentak dengan indah, hujan rintik-rintik dimalam hari, berdua bersama cewek, oh sungguh suasana yang bener-bener romantic (harusnya). Ditengah hujan yang membasahi bumi, mungkin jika ini adalah sebuah sinetron, di bagian ini aka nada adegan ciuman, saat sepasang cowok dan cewek berteduh dalam satu payung bersama, eh maaf sepertinya kata bersama harus gua ralat, karena pada kenyataannya, gua hanya mendapat ¼ bagian payung dan ni cewek gorila mendapat porsi lebih.

Bener-bener dah ni cewek tengek bin kampret. Gak sadar kah dia ada seorang pria lemah yang butuh tempat berteduh. Satu-satunya bagian tubuh gua yang terlindungi hanyalah tangan kanan gua, sedangkan dia dengan anggun menjurus angkuh begitu nyaman seakan dia lupa bahwa dia punya peliharaan yang renta.

Dan lagu “Sephia” menutup penampilan fenomenal Sheila On 7, dan hujan pun juga ikut berhenti memeriahkan malam ini. Dan ini waktunya gua dan Anggi kembali ke keluarga kita yang menanti di tribun.

“Ko’ kamu basah ? kan kalian ada payung ?” Tanya nyokap gua yang ngeliat kondisi anaknya yang basah kuyup.

“ee tadi tu….. aauuuww”, belum selesai gua ngenjawab kaki gua diinjek Anggi.
“tadi dianya emang gak mau makai payung tante, katanya kurang seru kalo nonton konser gak sambil hujan-hujanan”, anggi yang menjawab dengan senyum liciknya.
“Galih kamu ni aneh-aneh aja, ntar malah masuk angin loh, bikin repot aja”, nyokap gua mulai menceramahi gua.
“iya ni tante, padahal uda aku paksain biar dia gak hujan-hujanan, tapi dia tetap bandel”, lagi Anggi memberikan keterangan palsu ke nyokap gua.

Dia bener-bener uda membalikkan fakta. Harusnya dia menjadi tersangka tunggal dalam hal ini, namun justru gua yang terlihat sebagai terdakwa. Dan bener saja apa yang dibilang nyokap gua tadi, sepertinya gua mulai sakit.

Malam yang seharusnya menjadi malam indah karna gua punya kesempatan nonton konser band papan atas, sesuatu yang sangat jarang terjadi ditempat gua. Ditambah lagi ada cewek yang menemani disamping, namun sayang cewek yang satu ini gak bisa diharapkan untuk membuat suasana yang romantic. Andai saja cewek yang menemani gua mala mini adalah Airin, pasti ceritanya akan berbeda. Tapi, ah sudahlah, semua uda berakhir, sekarang tinggal gua menikmati sisa mala mini dalam keadaan K.O, sedangkan Anggi pastinya sedang tidur nyenyak dengan perasaan puas telah me-bully pria semi tampan ini. Oke fix, akurapopo.



***bersambung***
Labels: Cinta Tanpa Judul

Thanks for reading Cinta Tanpa Judul Part 5. Please share...!

4 comments on Cinta Tanpa Judul Part 5

  1. Replies
    1. makasi gan uda baca kisah tragis cinta monyet saya,
      mungkin akan lebi baik kalo agan baca dari part 1, hehe

      Delete
  2. balas
    cek http://bikinkaosmurahbandungonline.blogspot.com/

    ReplyDelete
  3. wkwkwk, tulisan ente asik bgt bwt dibaca brow.. :D

    Kunjungan baliknya ya brow.. :D

    ReplyDelete

Back To Top